Bulog Borong Gabah Petani, Ada Apa?

Rachmad

26 Januari 2025

2
Min Read
Bulog Borong Gabah Petani, Ada Apa?

TeraNews Bisnis – Pemerintah melalui Bulog diinstruksikan untuk menyerap 3 juta ton beras hingga April 2025. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap proyeksi peningkatan produksi padi hingga 50% oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode Januari-Maret 2025. Namun, di balik target ambisius ini, terdapat sejumlah fakta menarik yang perlu diketahui.

Pertama, Bulog diwajibkan membeli seluruh hasil panen gabah petani tanpa terkecuali dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menegaskan tidak ada pengecualian dalam kebijakan ini. "Gabah ya Rp6.500," tegasnya.

Bulog Borong Gabah Petani, Ada Apa?
Gambar Istimewa : imgapps.okezone.com

Kedua, kewajiban Bulog tidak hanya berhenti pada pembelian langsung dari petani. Bulog juga wajib membeli beras dari pabrik penggilingan yang telah membeli gabah petani sesuai HPP. Harga pembelian beras dari pabrik ditetapkan sebesar Rp12.000 per kilogram. Namun, jika ada pabrik yang melanggar aturan dan membeli gabah di bawah HPP, Bulog akan langsung membeli gabah dari petani.

Ketiga, untuk mencapai target 3 juta ton beras, Bulog mengusulkan fleksibilitas harga pembelian beras dengan kisaran Rp12.000-Rp12.250 per kilogram. Usulan ini telah disetujui dalam rapat koordinasi, namun keputusan final masih menunggu persetujuan rapat terbatas bersama Presiden.

Keempat, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengingatkan bahaya jika pembelian gabah petani terus dilakukan di bawah HPP. Hal ini tidak hanya merugikan petani, tetapi juga mengancam swasembada pangan nasional dan berpotensi mengurangi luas lahan tanam padi di masa mendatang. Amran mencatat penurunan luas tanam padi dalam beberapa minggu terakhir disebabkan oleh harga jual yang rendah.

Kelima, target ambisius Bulog ini menjadi sorotan karena periode waktu yang singkat untuk menyerap 3 juta ton beras. Keberhasilan program ini akan sangat bergantung pada koordinasi dan efisiensi seluruh pihak terkait, mulai dari petani, pabrik penggilingan, hingga Bulog sendiri. Tantangan logistik dan infrastruktur juga menjadi pertimbangan penting dalam memastikan keberhasilan program ini.

Ikuti kami di Google News

Tinggalkan komentar

Related Post