TeraNews Bisnis – Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, melontarkan pernyataan mengejutkan di parlemen Jumat (4/4) lalu. Ia menyebut tarif timbal balik 24 persen yang dijatuhkan Presiden AS Donald Trump berpotensi memicu krisis nasional di Jepang. "Langkah ini bisa disebut krisis nasional, dan pemerintah tengah berupaya maksimal bersama seluruh pihak untuk meminimalisir dampaknya," tegas Ishiba, seperti dikutip dari AFP.
Ancaman krisis ini mendorong Ishiba untuk meminta seluruh menteri mengambil langkah konkret. Dukungan pembiayaan industri dalam negeri dan perlindungan lapangan kerja menjadi prioritas utama. Selain itu, ia menekankan pentingnya pendekatan diplomasi yang tenang dalam bernegosiasi dengan pemerintahan Trump.

Media Jepang melaporkan upaya intensif yang dilakukan sejumlah pejabat untuk menjadwalkan panggilan telepon antara Ishiba dan Trump guna membahas masalah tarif ini. Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Jepang, Takeshi Iwaya, memanfaatkan pertemuan Menteri Luar Negeri negara-negara anggota NATO di Belgia (2-4 April) untuk melobi Menlu AS, Marco Rubio, agar Gedung Putih mempertimbangkan ulang kebijakan tarif tersebut.
Ironisnya, Jepang dan AS telah memiliki Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA). Namun, hal ini tak mampu menghalangi Trump untuk menerapkan tarif. Padahal, perusahaan-perusahaan Jepang merupakan investor terbesar di Amerika Serikat. Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan hubungan ekonomi kedua negara. Apakah upaya diplomasi Jepang akan membuahkan hasil dan mencegah krisis nasional yang dikhawatirkan? Kita tunggu perkembangan selanjutnya.
Tinggalkan komentar