Artikel:
Ekonesia – Harga minyak mentah dunia menunjukkan sinyal positif pagi ini setelah sempat tertekan isu perang dagang. Minyak Brent kini bertengger di US$63,45 per barel dan WTI di US$59,64 per barel. Kenaikan ini bagai oase di tengah gurun, setelah pekan lalu pasar dicekam kekhawatiran konflik AS dan China.

Harapan baru muncul seiring sinyal kedua negara membuka jalur komunikasi. Menteri Keuangan AS memberi isyarat pertemuan Trump dan Xi Jinping di Korea Selatan akhir bulan ini. Pertemuan ini diharapkan menjadi titik balik meredakan tensi dagang yang selama ini menghantui harga energi.
Namun, pasar tetap waspada. Beijing memperluas kontrol ekspor logam tanah jarang, sementara Trump mengancam tarif 100% untuk perangkat lunak AS. Ketidakpastian ini membayangi prospek permintaan minyak ke depan.
Analis ANZ, Daniel Hynes, melihat nada diplomasi yang lebih tenang membantu menahan aksi jual. Pasar masih sensitif terhadap geopolitik, namun sinyal perbaikan komunikasi memberi ruang pemulihan harga.
Selain isu dagang, perkembangan Timur Tengah turut memengaruhi harga minyak. Pengumuman berakhirnya konflik di Gaza oleh Trump meredakan kekhawatiran gangguan pasokan.
OPEC+ melaporkan defisit pasokan minyak global berpotensi menyusut di 2026, seiring rencana peningkatan produksi bertahap. Pasar kini menanti kejelasan faktor makroekonomi global, dari kebijakan moneter AS hingga proyeksi permintaan energi Asia. Dengan Brent di US$63-an dan WTI di US$59-an, pasar minyak tampak konsolidasi pasca-gejolak geopolitik awal Oktober.










Tinggalkan komentar