TeraNews Olahraga – Posisi Manchester United di papan bawah klasemen Premier League bak mimpi buruk. Namun, Ruben Amorim, sang juru taktik, tetap teguh pendiriannya. Tidak ada penyesalan, katanya, meski "Setan Merah" terancam finis di posisi terendah dalam setengah abad terakhir.
Dalam jumpa pers, Amorim mengakui, empat bulan lalu, di tengah badai krisis, mungkin ia akan berpikir ulang. Tapi kini? Pengalaman pahit ini justru menjadi pelajaran berharga. "Kami memang sedang menderita," akunya, "Frustrasi menggelayut di ruang ganti."

Memang, dari 22 laga Premier League, Manchester United hanya menang enam kali. Namun, Amorim tetap optimistis jelang laga melawan Bournemouth. Liga Europa pun masih menyisakan asa, dengan semifinal melawan Athletic Bilbao di depan mata.
Di tengah kritik pedas, Amorim tetap setia dengan formasi tiga bek, meski beberapa pemain kesulitan beradaptasi. Dukungan suporter, katanya, sangat berarti, tapi ia sadar, tanpa hasil positif, dukungan itu bisa sirna.
"Mungkin saya pelatih terburuk, dan United tim terburuk dalam sejarah," ujarnya dengan nada getir, merujuk pada hasil buruk timnya. "Tapi saya melihat perkembangan positif di lapangan."
Ia tak menampik keraguan selalu menyertainya usai kekalahan. Keputusan-keputusan di lapangan kerap membuatnya bertanya-tanya. Namun, itulah proses pembelajaran. Ia lebih memilih membiarkan hasil bicara daripada membalas kritik.
"Sepak bola butuh waktu," tegas Amorim. "Proses yang kami jalani akan membuahkan hasil di masa depan." Apakah itu janji atau sekadar harapan? Waktu yang akan menjawabnya.
Tinggalkan komentar