Ekonesia Ekonomi – Pemerintah Kota Yogyakarta tengah berupaya mewujudkan mimpi banyak calon jamaah umrah, yakni biaya perjalanan yang lebih terjangkau. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah menjajaki kerja sama dengan dua maskapai penerbangan asal Tiongkok, Hainan Airlines dan Loong Air, untuk membuka rute penerbangan langsung dari Yogyakarta International Airport (YIA) menuju Jeddah, Arab Saudi.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, mengungkapkan bahwa inisiatif ini diharapkan dapat memangkas biaya umrah hingga Rp2 juta per jamaah, termasuk biaya kargo. Selama ini, jamaah umrah dari Yogyakarta dan sekitarnya harus transit terlebih dahulu di Jakarta, yang justru menambah beban biaya perjalanan.
"Dengan adanya direct flight ini, selain lebih efisien dari segi waktu, kita juga berharap dapat meningkatkan jumlah jamaah umrah yang memilih berangkat melalui YIA," jelas Wawan. Potensi pasar yang dibidik tidak hanya terbatas pada Kota Yogyakarta, tetapi juga mencakup wilayah Karisidenan Kedu, Cilacap, Jawa Tengah, hingga Pacitan, Jawa Timur.
Wawan menambahkan, potensi jamaah dari wilayah Jawa Tengah bagian selatan sangat besar, mencapai lebih dari 20 juta orang per tahun. Hal ini menjadi peluang besar yang ingin digarap melalui kolaborasi lintas pihak. Kedua maskapai tersebut rencananya akan melayani penerbangan dari dan ke YIA setidaknya tiga kali seminggu, dengan kapasitas sekitar 160 penumpang setiap penerbangan.
Selain untuk umrah, penerbangan langsung ini juga berpotensi meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Yogyakarta melalui YIA. Selama ini, penerbangan internasional langsung lebih banyak menuju Bali. "Sekarang kita coba, dari luar itu mendaratnya di YIA, sehingga kita tidak cuma dapat sisa, tapi dapat di awal," ujar Wawan.
Pemerintah Kota Yogyakarta berharap, dengan kolaborasi berbagai pihak, potensi YIA sebagai bandara internasional dapat dioptimalkan, sekaligus memperkuat posisi Kota Yogyakarta sebagai salah satu destinasi unggulan di Indonesia. "Potensinya sangat besar sekali dan bisa digarap. Sekarang yang dibutuhkan adalah inovasi dan kolaborasi pentahelix dari semua pihak," pungkas Wawan.
Tinggalkan komentar