Ekonesia Ekonomi – Digitalisasi tempat penerimaan susu (TPT) terbukti ampuh meningkatkan kualitas bahan baku susu segar di 96 titik di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza, Senin lalu, mengingat industri pengolahan susu masih menghadapi tantangan dalam pemenuhan bahan baku, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Program digitalisasi yang telah berjalan sejak 2022 ini melibatkan sembilan koperasi dengan lebih dari 25 ribu peternak. Hasilnya, tercatat produksi 680 ton susu berkualitas baik setiap harinya. "Program ini terbukti meningkatkan kualitas bahan baku susu segar, serta berperan membangun sistem pengelolaan data yang transparan dan akurat sehingga menekan potensi kerugian sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak," ujar Wamenperin.
Kinerja ekspor industri pengolahan susu nasional juga menunjukkan tren positif, mencapai 233,5 juta dolar AS pada tahun 2024. Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono sebelumnya menyatakan bahwa impor 250 ribu ekor sapi perah tahun ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada susu impor dan memenuhi kebutuhan susu domestik.
"Konsumsi susu per kapita kita masih rendah, dan 80 persennya masih impor. Kita ingin memperbaiki gap impor ini, apalagi ada program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ini adalah kejar-kejaran antara waktu, kebutuhan, dan suplai," kata Wamentan saat ditemui di Jakarta, Jumat (13/7). Informasi ini dilansir dari Ekonesia Ekonomi – yang sebelumnya dikutip dari ekonosia.com.
Tinggalkan komentar