Ekonesia Ekonomi – Wakil Ketua MPR, Eddy Soeparno, mengapresiasi tinggi lawatan diplomasi Presiden Prabowo Subianto yang dinilai membawa dampak positif dan strategis bagi perekonomian Indonesia. Eddy menyebut, kunjungan ini bak "sekali mendayung, dua pulau terlampaui," dengan berhasil mengamankan dua kesepakatan penting sekaligus.
Salah satu pencapaian signifikan adalah kemajuan dalam perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dengan Uni Eropa. Selain itu, Prabowo juga berhasil mencapai kesepakatan penurunan tarif dengan Amerika Serikat (AS) menjadi 19 persen dari sebelumnya 32 persen.
Eddy menegaskan, lawatan ini bukan sekadar kunjungan rutin, melainkan bagian dari strategi diplomasi terencana yang digagas Presiden Prabowo. Meskipun tarif 19 persen dari AS menimbulkan kekhawatiran, Eddy optimis pemerintah akan terus memperluas kerjasama ekonomi dengan mitra global melalui pendekatan yang saling menguntungkan.
"Di satu sisi kita dihadapkan pada tarif Trump sebesar 19 persen, namun di sisi lain kesepakatan IEU-CEPA akan menghapus tarif bea masuk hingga 80 persen untuk produk ekspor Indonesia ke pasar Uni Eropa hanya dalam kurun waktu satu hingga dua tahun sejak perjanjian berlaku," jelasnya. Ia menambahkan, hal ini membuka peluang besar bagi ekspor Indonesia ke pasar Eropa.
Eddy menekankan pentingnya Indonesia terus memperkuat diplomasi ekonomi, baik dengan negara-negara ASEAN maupun BRICS, untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah global dan diversifikasi pasar ekspor.
Sebagai tindak lanjut dari keberhasilan diplomasi ini, Eddy mendorong penguatan ekosistem usaha dan industri dalam negeri, termasuk penyederhanaan perizinan, perluasan akses permodalan, insentif fiskal, dan subsidi produksi agar tetap kompetitif.
Eddy meyakini diplomasi Presiden Prabowo sudah "on the track" dengan kesepakatan tarif dan perjanjian dengan Uni Eropa. "Apalagi Presiden juga sampaikan akan terus berupaya menurunkan tarif hingga 0 persen," ujarnya. Ia juga yakin strategi diplomasi ini akan sejalan dengan kebijakan ekonomi Presiden Prabowo yang inklusif, memastikan "no one is left behind." Dilansir dari Ekonesia.com
Tinggalkan komentar