Tarif AS Tinggi, RI Harus Nego Ulang!

Rachmad

17 Juli 2025

2
Min Read
Tarif AS Tinggi, RI Harus Nego Ulang!

Ekonesia Ekonomi – Pengamat hubungan internasional dan investasi, Zenzia Sianica Ihza, mendesak pemerintah Indonesia untuk kembali membuka ruang negosiasi terkait tarif impor sebesar 19% yang dikenakan Amerika Serikat (AS) terhadap produk-produk Indonesia. Menurutnya, tarif tersebut masih tergolong tinggi dan membebani para eksportir.

Zenzia menjelaskan bahwa dengan adanya tarif dasar 10% yang berlaku otomatis, beban tarif yang sebenarnya ditanggung produk Indonesia mencapai hampir 29%. "Jadi, sebenarnya bukan hanya 19 persen, tetapi 19 ditambah 10. Itu tetap tinggi dan tidak fair," tegasnya.

Tarif AS Tinggi, RI Harus Nego Ulang!
Gambar Istimewa : img.antaranews.com

Ia menilai Indonesia memiliki posisi tawar yang kuat, terutama dengan permintaan AS untuk pembelian 50 jet Boeing dan investasi energi senilai 15 miliar dolar AS. "Kalau kita setuju membeli pesawat dan investasi energi, kenapa tidak meminta tarif turun ke angka yang lebih wajar, misalnya di bawah 10 persen? Negosiasi itu harus dua arah, bukan hanya menerima dikte," ujarnya.

Zenzia mencontohkan bagaimana negara lain seperti China dan Vietnam mampu menunjukkan posisi tawar yang lebih baik dalam menghadapi tekanan tarif dari AS. China memilih untuk melakukan perlawanan dengan tarif balasan, sementara Vietnam mengambil pendekatan diplomasi yang akomodatif sambil tetap menjaga kepentingan domestiknya.

Menurutnya, respons ideal bagi Indonesia adalah diplomasi rasional dan strategi negosiasi berimbang, tidak frontal seperti China, tetapi juga tidak lunak. "Kita harus cermat. Tidak perlu frontal seperti China, tetapi juga jangan lunak. Negosiasi perlu berpegang pada prinsip saling menguntungkan," katanya.

Zenzia menambahkan bahwa penurunan tarif dari 32% menjadi 19% memang terlihat positif, namun dengan adanya komitmen pembelian Boeing dan investasi energi, Indonesia dinilai memberikan terlalu banyak untuk hasil yang belum sepadan.

Ia juga mengingatkan bahwa kenaikan tarif bea masuk akan menurunkan daya saing produk Indonesia dan berdampak pada konsumen AS, karena harga barang impor akan naik. "Dalam jangka panjang ini akan menjadi bumerang bagi AS karena dunia usaha akan membebankan kenaikan tarif ini ke konsumen dalam negeri AS. Ini jelas akan punya dampak bagi mereka," pungkasnya. Artikel ini ditulis berdasarkan informasi dari ekonosia.com.

Ikuti kami di Google News

Tinggalkan komentar

Related Post