Ekonesia – Joao Palhinha betah di Tottenham Hotspur namun klausul pembeliannya sebesar Rp 590 miliar membuat klub London Utara itu berpikir dua kali. Sang gelandang merasa nyaman dan siap memberikan segalanya meski keputusan akhir ada di tangan manajemen klub. Derby panas menanti dan Palhinha ingin menjaga rekor tandang Spurs tetap kinclong.
Palhinha menikmati masa pinjamannya dari Bayern Munchen. Status permanen? Mungkin saja, asal klub setuju dengan harganya. Baginya, ini soal simbiosis mutualisme. Pemain dan klub harus sama-sama mau. Masa pinjaman masih panjang, banyak hal bisa terjadi. Fokusnya sekarang adalah memberikan yang terbaik.
Dukungan suporter membuat Palhinha merasa seperti di rumah sendiri. Atmosfer stadion memberikan dampak emosional yang kuat. Meski begitu, keputusan akhir tetap di tangan pemilik klub dan direktur teknis. Mereka yang paling tahu arah negosiasi. Pelatih juga punya andil, sesuai strategi jangka panjang tim.
Derby di depan mata, Palhinha hanya mengincar kemenangan. Tottenham punya modal untuk meraih tiga poin meski lawan sedang on fire. Tekanan justru ada di pihak lawan. Spurs hanya perlu fokus dan bermain sesuai kemampuan. Kekompakan tim menjadi kunci untuk menghadapi tekanan pertandingan besar.
Tottenham belum terkalahkan di laga tandang musim ini. Modal berharga untuk menambah kepercayaan diri. Soal kritik dari mantan pemain yang menyebutnya terlalu negatif saat menguasai bola, Palhinha santai saja. Baginya, penampilan di lapangan adalah jawaban terbaik. Golnya setelah kritik itu adalah bukti nyata.
Tinggalkan komentar