Ekonesia Ekonomi – Optimisme pasar terhadap potensi kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah negara mendorong nilai tukar rupiah menguat. Sentimen positif ini dipicu keberhasilan AS mencapai kesepakatan dagang dengan Jepang, memicu harapan akan kesepakatan serupa sebelum tenggat waktu 1 Agustus 2025.
Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, mengungkapkan bahwa pasar kini menantikan kesepakatan antara AS dan Eropa, menyusul laporan persiapan tarif 15 persen untuk berbagai barang, serupa dengan kesepakatan dengan Jepang. Hal ini meningkatkan selera risiko investor, sehingga mengurangi permintaan terhadap dolar AS.

Pada pembukaan perdagangan Kamis pagi di Jakarta, rupiah menguat 42 poin atau 0,26 persen menjadi Rp16.261 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.303 per dolar AS.
Selain sentimen kesepakatan dagang, pelemahan dolar AS juga dipengaruhi data Penjualan Rumah Second di AS yang merosot menjadi 3,93 juta unit pada Juni 2025, terendah sejak September 2024.
Sementara itu, yield obligasi rupiah pada Rabu (23/7) mengalami kenaikan tipis sebesar 1 basis poin (bps) untuk tenor 5 tahun menjadi 6,06 persen, 10 tahun 6,5 persen, 15 tahun, dan 20 tahun 6,9 persen.
Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat Rp26,04 triliun, lebih rendah dibandingkan sesi Selasa (22/7) sebesar Rp45,22 triliun. Namun, kepemilikan investor asing pada Selasa (22/7) meningkat sebesar Rp0,65 triliun menjadi Rp932 triliun atau 14,62 persen dari total outstanding. Demikian laporan ekonosia.com.
Tinggalkan komentar