Ekonesia Ekonomi – Fenomena "rombongan jarang beli" (rojali) ternyata membawa berkah tersendiri bagi bisnis kuliner di pusat perbelanjaan. Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) mengungkapkan bahwa omzet sektor makanan dan minuman (F&B) di mal mengalami kenaikan signifikan, mencapai 5 hingga 10 persen berkat kehadiran para "rojali".
Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah, menjelaskan bahwa meskipun para "rojali" ini cenderung lebih banyak melihat-lihat daripada berbelanja produk lain, mereka tetap menjadi konsumen potensial bagi bisnis F&B. "Karena nongkrong pasti lihat minuman makanan beli. Kan enggak mungkin duduk enggak beli," ujarnya saat acara Hari Retail Modern Indonesia di Jakarta, Rabu.

Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan, Septo Soepriyatno, menambahkan bahwa fenomena "rojali" ini sebenarnya sudah muncul sejak pandemi COVID-19. Masyarakat yang sebelumnya terbiasa beraktivitas di rumah, kini mencari kepuasan interaksi sosial di ruang publik seperti mal.
Septo juga menyoroti evolusi konsep pusat perbelanjaan. Mal kini tidak hanya menjadi tempat berbelanja, tetapi juga berfungsi sebagai ruang rekreasi, hiburan, pengalaman, dan interaksi sosial. Ia mencontohkan transformasi Plaza Semanggi menjadi Plaza Nusantara yang mengedepankan ruang interaksi bagi masyarakat.
Meskipun para "rojali" mungkin tidak langsung membeli produk fesyen di toko, Septo mengatakan bahwa mereka seringkali memanfaatkan toko sebagai showrooming untuk melihat barang secara langsung sebelum akhirnya membeli secara daring. Para peritel pun telah beradaptasi dengan memanfaatkan model omnichannel, yakni menjual produk baik di toko fisik maupun secara daring.
"Sebenarnya secara keseluruhan, omset pedagang naik. Tetapi memang ada pergeseran, ada yang (menjual) online. Ini informasi yang kami dapat dari para pengusaha," kata Septo. ekonosia.com
Tinggalkan komentar