Ekonesia – Universitas Sriwijaya (Unsri) melalui Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) tengah mempersiapkan riset ambisius untuk mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan di Indonesia. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap isu krusial ketahanan pangan nasional.
Guna mematangkan riset tersebut, PUR-PLSO Unsri menggelar serangkaian seminar nasional dan diskusi intensif, baik secara tatap muka maupun daring. Tujuannya adalah menjaring ide dan pemikiran dari para pakar pertanian terkemuka di berbagai penjuru daerah. Profesor Siti Herlinda, Kepala PUR-PLSO Unsri, mengungkapkan bahwa seminar nasional ke-13 yang bertema optimalisasi lahan suboptimal telah sukses diselenggarakan.

Seminar tersebut menghadirkan sejumlah pembicara kunci, termasuk pakar agronomi Universitas Sriwijaya, Prorf Benyamin Lakitan, dan pakar ekologi laut tropis dan perikanan Universitas Padjajaran, Prof Yudi Nurul Ihsan. Tak ketinggalan, Muaffan Alfaiz Wisaksono, seorang mahasiswa yang mendalami pertanian presisi di Lincoln University, New Zealand, turut memberikan pandangannya. Acara ini berhasil menarik perhatian 147 pemateri dari 14 provinsi dan 22 universitas.
Rektor Unsri, Prof Taufiq Marwa, menegaskan bahwa inisiatif yang digagas PUR-PLSO sangat relevan dengan program prioritas Presiden Prabowo Subianto, terutama dalam hal memperkuat ketahanan pangan dan energi. Ia berharap riset yang dilakukan oleh tim PUR-PLSO dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pencapaian swasembada pangan di Indonesia.
Sebelumnya, Gubernur Sumsel Herman Deru mengklaim bahwa produksi beras di provinsinya terus mengalami peningkatan, dari 2,7 juta ton gabah kering giling (GKG) menjadi 3,5 juta ton GKG pada tahun 2025. Peningkatan ini didorong oleh dukungan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi yang telah menyumbangkan pemikiran dan teknologi inovatif. Deru berharap dukungan terus mengalir untuk menyukseskan program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP), optimalisasi lahan, serta pencetakan sawah baru.










Tinggalkan komentar