Ekonesia – Di bawah rembulan Sembalun, Rinjani tak hanya menawarkan keindahan mistis, tetapi juga kehangatan persaudaraan. Sebuah acara bertajuk "Intimate Camp" menjadi oase di tengah dinginnya malam, menyatukan ratusan jiwa dalam keakraban dan harapan.
Ekonesia – Bukan sekadar pesta, Intimate Camp adalah ruang perjumpaan yang syahdu. Api unggun menjadi saksi bisu obrolan hangat, tawa renyah, dan alunan musik yang menyentuh hati. Pejabat, warga, dan pelaku UMKM berbaur tanpa sekat, membahas masa depan pariwisata desa dengan semangat membara.

Ekonesia – Kadiskominfotik NTB, Yusron, berbagi visi tentang Desa Tangguh, bukan hanya indah pemandangannya, tetapi juga kokoh pondasi sosial budayanya. Pariwisata yang kuat lahir dari masyarakat yang percaya diri, yang warganya setara dengan para tamu.
Ekonesia – Lebih dari sekadar bisnis, Intimate Camp memberi ruang bagi UMKM untuk bersosialisasi dan merasa menjadi bagian dari komunitas. Warung kopi, penjual jagung bakar, hingga kios cenderamata merasakan dampak positifnya.
Ekonesia – Peserta datang dari berbagai latar belakang, namun api unggun mampu meleburkan perbedaan. Tawa, nyanyian, dan kehangatan malam menciptakan rasa komunitas yang inklusif, sebuah nilai yang patut dirawat dalam setiap pembangunan pariwisata.
Ekonesia – Meski sukses, Intimate Camp juga menghadirkan tantangan. Keberlanjutan acara, partisipasi aktif masyarakat lokal, dan dokumentasi kreatif menjadi kunci agar gaungnya terus meluas dan menginspirasi.
Ekonesia – Intimate Camp membuktikan bahwa pembangunan bukan hanya soal angka, tetapi juga soal rasa. Rasa keakraban, kebersamaan, dan cinta tanah air terpupuk di bawah langit Rinjani, menyalakan semangat yang terus membara.
Tinggalkan komentar