Ekonesia Ekonomi – Pemerintah Indonesia menunjukkan keseriusannya dalam memperkuat hubungan dagang dengan Uganda. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Astuti menegaskan komitmen Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke negara Afrika Timur tersebut, terutama untuk komoditas unggulan seperti minyak nabati, stainless steel, dan kaca. Hal ini disampaikan dalam forum bisnis Uganda-Indonesia yang digelar di Jakarta, Kamis.
Wamendag Roro menjelaskan bahwa saat ini neraca perdagangan Indonesia dengan Uganda masih defisit. Impor Indonesia dari Uganda pada kuartal I 2025 mencapai 44,3 juta dolar AS, didominasi oleh kakao dan kulit domba. Sementara itu, ekspor Indonesia ke Uganda pada periode yang sama hanya mencapai 8,4 juta dolar AS.
"Ini menjadi tantangan, namun juga peluang untuk menggali potensi ekspor kita lebih dalam," ujar Roro.
Salah satu strategi utama yang ditempuh Kementerian Perdagangan adalah mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk berperan aktif dalam meningkatkan ekspor. Wamendag Roro meyakini bahwa dengan memperkuat keterlibatan UMKM, Indonesia dapat mencapai target pertumbuhan ekspor sebesar 9 persen dalam lima tahun ke depan.
UMKM saat ini berkontribusi sebesar 15,7 persen terhadap total ekspor Indonesia. Kementerian Perdagangan menargetkan untuk mendorong lebih banyak UMKM agar bisa menembus pasar global.
"Bagaimana kita bisa semakin mendorong agar UMKM kita itu bisa mendunia. Ini merupakan salah satu target utama kita di Kementerian Perdagangan, bagaimana UMKM kita itu bisa go global," tegasnya.
Dengan fokus pada komoditas unggulan dan pemberdayaan UMKM, Indonesia optimis dapat meningkatkan ekspor ke Uganda dan memperkuat hubungan ekonomi kedua negara.
Tinggalkan komentar