Ekonesia Ekonomi – Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyatakan bahwa Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) bukan sekadar alat pembayaran digital tanpa kontak, melainkan sebuah simbol peradaban baru. Inovasi ini diharapkan mampu membentuk ekosistem keuangan yang selaras dengan dinamika ekonomi lokal.
Dalam peresmian peluncuran QRIS TAP untuk sektor transportasi dan Kick Off QRIS Jelajah Indonesia 2025 di Yogyakarta, Senin lalu, Sultan HB X menekankan pentingnya QRIS sebagai bagian dari pembangunan ekosistem keuangan yang cepat, praktis, dan terintegrasi dengan denyut nadi ekonomi lokal. Transformasi digital di Yogyakarta, menurutnya, harus berlandaskan pada prinsip pelestarian nilai-nilai kearifan lokal.

Sultan menyebut pendekatan ini sebagai "kecerdasan budaya", yaitu kemampuan beradaptasi dengan perubahan tanpa kehilangan identitas. Falsafah Jawa "Hamemayu Hayuning Bawana" menjadi landasan bahwa teknologi harus memberikan manfaat bagi masyarakat luas, bukan hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi semata.
Sebagai simbol implementasi, Sri Sultan mencoba langsung sistem QRIS TAP pada bus Trans Jogja. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Filianingsih Hendarta, menjelaskan bahwa pemilihan DIY sebagai lokasi peluncuran didasarkan pada kemampuannya dalam mengharmonisasikan tradisi dan inovasi digital, yang menjadi semangat transformasi sistem pembayaran nasional.
Filianingsih menambahkan bahwa digitalisasi sistem pembayaran harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan menjembatani budaya. "Digitalisasi tidak hanya tentang teknologi, tetapi bagaimana kita menghubungkan tradisi dengan inovasi, memperkuat inklusi keuangan, memajukan UMKM, dan menggerakkan ekonomi hingga ke akar rumput," ujarnya. Hal ini sejalan dengan slogan "QRIStimewa" yang mencerminkan filosofi harmoni dan keseimbangan dunia melalui perpaduan kearifan masa lalu dan semangat pembaharuan. Artikel ini ditulis ulang oleh ekonosia.com.
Tinggalkan komentar