Ekonesia – Industri panel surya Indonesia butuh suntikan darah segar! Analis dari Institute for Essential Services Reform (IESR) mengungkapkan, pembebasan bea masuk bahan baku impor bisa jadi kunci untuk mendongkrak daya saing PLTS buatan dalam negeri.
Harga panel surya lokal saat ini masih lebih mahal 30-40% dibanding produk impor. Ini bikin penyerapan kapasitas produksi yang sebenarnya sudah lumayan besar, yakni 11,7 GWp per tahun, jadi kurang maksimal.

Alvin Putra dari IESR menjelaskan, biaya impor bahan baku menyumbang 50-60% dari total biaya produksi modul surya. Jadi, insentif pembebasan bea masuk bakal signifikan memangkas harga.
Selain itu, pemerintah juga perlu menjamin permintaan yang stabil dari dalam negeri, terutama untuk proyek PLTS skala besar. Aturan TKDN juga harus dirancang agar tetap menarik investasi sekaligus melindungi industri lokal.
Marlistya Citraningrum, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR, menambahkan, tantangan pengembangan PLTS di Indonesia meliputi regulasi yang sering berubah, keterbatasan skema pembiayaan, dan rantai pasok domestik yang belum kuat.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, menyatakan pemerintah sedang meracik regulasi pendukung energi terbarukan, termasuk revisi Perpres Nomor 112 Tahun 2022 dan Permen ESDM tentang PLTS Operasi Paralel. Pemerintah daerah juga didorong untuk aktif mendukung pengembangan PLTS di wilayah masing-masing.
Tinggalkan komentar