Ekonesia Ekonomi – Di bawah terik matahari Kuningan, Jawa Barat, wajah-wajah petani kini memancarkan senyum lega. Tim Jemput Gabah Perum Bulog Cabang Cirebon hadir langsung di sawah, memutus rantai tengkulak yang selama ini mencekik kesejahteraan mereka.
Sejak Januari 2025, Bulog Cirebon menerjunkan 50 personel ke empat wilayah (Kota/Kabupaten Cirebon, Majalengka, Kuningan) untuk membeli gabah petani dengan harga Rp6.500 per kilogram. Langkah ini disambut antusias, seperti yang dirasakan Sudaryo, petani Desa Panawuan. Dulu, harga gabah hanya berkisar Rp4.800, kini ia bisa merencanakan hidup tanpa dihantui tengkulak.

"Sebelum Bulog turun, harga gabah di kisaran Rp4.800 per kilogram, jarang di atas Rp5.000 per kilogram," ungkap Sudaryo. Kini, ia bisa mengolah 2 hektare lahan warisan leluhur tanpa berutang, bahkan menyekolahkan anak-anaknya dari hasil panen.
Tim Jemput Gabah, yang dikomandoi Windu, bergerak cepat berdasarkan informasi panen dari grup WhatsApp wilayah. Mereka memastikan gabah bersih sebelum ditimbang dan diangkut. Meski perlawanan tengkulak ada, kepastian harga membuat petani lebih memilih menjual langsung ke Bulog.
Gilang (25), anggota Tim Jemput Gabah, merasakan kepuasan tersendiri. Baginya, senyum petani adalah energi terbesar. Ia dan timnya bekerja keras, bahkan hingga larut malam, demi memastikan setiap butir panen dihargai layak.
Babinsa Desa Panawuan, Serka Tri Purnomo, turut berperan aktif mendampingi Bulog. Ia memastikan keamanan panen dan menyosialisasikan program ini kepada petani. "Setiap karung gabah yang aman sampai ke Bulog adalah kemenangan kecil," ujarnya.
Kepala Perum Bulog Cabang Cirebon, Ramaijon Purba, menyatakan bahwa penjemputan gabah adalah terobosan. Hingga 31 Juli 2025, Bulog Cirebon mencatat serapan setara 133.624 ton beras, tertinggi nasional dalam lima tahun terakhir. Stok beras di gudang Bulog Cirebon kini mencapai 175 ribu ton. Langkah ini membuktikan negara hadir, memutus kuasa tengkulak, dan menumbuhkan harapan baru bagi petani.
Tinggalkan komentar