TeraNews Bisnis – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin memanas. Kedua negara saling serang dengan menaikkan tarif impor, tanpa ada tanda-tanda akan mencapai kesepakatan. Puncaknya, hingga Jumat (11/4) malam, tarif resiprokal AS untuk semua produk China mencapai angka fantastis: 145 persen! China pun membalas dengan menaikkan tarif untuk produk AS menjadi 125 persen. Bagaimana perjalanan panjangnya hingga mencapai angka tersebut?
Perjalanan panjang ini dimulai sejak Februari 2025. Awalnya, Presiden Trump mengumumkan tarif 10 persen untuk produk China, namun kemudian ditunda. Selanjutnya, tarif 25 persen untuk impor baja dan aluminium global diumumkan, dengan tambahan 10 persen khusus untuk China, sehingga totalnya menjadi 35 persen. China membalas dengan tarif 15 persen untuk produk pertanian AS.

Tensi semakin meningkat. Pada April 2025, Trump menaikkan tarif untuk produk China menjadi 54 persen, dibalas China dengan tarif tambahan 34 persen. AS kembali menaikkan tarif menjadi 104 persen, kemudian 125 persen, dan akhirnya mencapai 145 persen. Di tengah itu semua, AS juga sempat mengumumkan tarif resiprokal untuk 57 negara, termasuk Indonesia, namun kemudian ditunda kecuali untuk China.
China, melalui Dewan Tarifnya, menyatakan kenaikan tarif menjadi 125 persen sebagai balasan terakhir. Mereka menganggap perang tarif ini hanya permainan angka tanpa arti ekonomi bagi AS. Juru bicara Dewan Tarif China kepada Teranews.id menyatakan, "Pemberlakuan tarif yang sangat tinggi secara berturut-turut terhadap China oleh AS telah menjadi tidak lebih dari sekadar permainan angka, tanpa signifikansi ekonomi yang nyata." Pernyataan ini menunjukkan bahwa China tampaknya telah mencapai batas toleransi mereka dalam perang dagang ini. Apakah ini akhir dari pertempuran tarif, atau hanya jeda sebelum babak baru dimulai? Kita tunggu perkembangan selanjutnya.
Tinggalkan komentar