Nelayan Mancing di Laut Jawa Kaget Angkat Harta Rp 720 M

Agus Riyadi

21 Desember 2025

3
Min Read

Ekonesia – Sebuah kisah luar biasa datang dari perairan Laut Jawa, mengubah nasib seorang nelayan asal Cirebon. Bukan sekadar ikan yang ia bawa pulang, melainkan sebuah penemuan tak terduga yang nilainya ditaksir mencapai ratusan miliar rupiah. Peristiwa ini, yang kini dikenal sebagai Cirebon Wreck, menjadi salah satu penyingkapan harta karun bawah laut paling fenomenal di awal abad ke-21.

Semua bermula pada tahun 2003. Kala itu, seorang nelayan yang identitasnya dirahasiakan, tengah berlayar sekitar 70 kilometer dari pesisir Cirebon. Ia berhenti di atas kedalaman 50 meter, sebuah titik yang diyakini ramai dilewati kawanan ikan. Dengan keyakinan akan hasil tangkapan yang melimpah, ia pun melepas jaringnya, membiarkan pukat itu menjerat sebanyak mungkin ikan.

Nelayan Mancing di Laut Jawa Kaget Angkat Harta Rp 720 M
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Setelah menunggu beberapa waktu, nelayan tersebut merasa hasil tangkapannya sudah cukup. Ia mulai menarik jaringnya, namun kali ini ada yang berbeda. Jaring terasa jauh lebih berat dari biasanya, memaksa nelayan itu mengerahkan segenap tenaganya. Akhirnya, jaring berhasil diangkat ke lambung kapal. Saat dibuka, kecurigaan nelayan terbukti. Di antara ikan-ikan, tersangkutlah sejumlah keramik.

Sesampainya di daratan, nelayan itu segera menyelidiki asal-usul keramik tersebut. Kabar penemuan ini menyebar cepat, dan tak lama kemudian, terungkap bahwa keramik tersebut bukanlah barang biasa, melainkan kepingan dari sebuah harta karun yang luar biasa. Pemerintah pun memberikan izin kepada sebuah perusahaan swasta untuk melakukan ekspedisi pencarian di titik penemuan sang nelayan.

Hasilnya sungguh mencengangkan. Di dasar laut, ditemukan sebuah kapal karam yang memuat harta karun bernilai fantastis. Peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional, Eka Asih, dalam karyanya "Keramik Muatan Kapal Karam Cirebon" (2016), mencatat adanya 314.171 keramik, meliputi porselen, piring, mangkuk, dan beragam jenis lainnya. Tak hanya itu, Michael S. Krzemnick dan timnya, dalam "Radiocarbon Age Dating of 1,000-Year-Old Pearls from the Cirebon Shipwreck" (2017), mengungkapkan adanya 12.000 mutiara berharga tinggi, ribuan permata, dan emas. Situs berita Detik.com pada 3 April 2012, memperkirakan seluruh temuan ini bernilai hingga Rp 720 Miliar.

Di balik nilai yang memukau, penemuan ini juga menyimpan misteri sejarah. Seluruh keramik yang ditemukan berasal dari Tiongkok, tepatnya era Dinasti Tang sekitar abad ke-9 hingga ke-10 Masehi. Pada masa itu, Dinasti Tang menjadikan keramik sebagai komoditas berharga tinggi yang diperdagangkan ke berbagai penjuru dunia, termasuk India, yang merupakan sentra niaga global. Jalur pelayaran umumnya melintasi Laut China Selatan, Selat Malaka, dan Samudera Hindia.

Namun, ada sebuah kejutan. Berdasarkan penelitian Eka Asih, kapal yang tenggelam di perairan Cirebon ini ternyata bukan berasal dari Arab atau Tiongkok, melainkan dari wilayah Nusantara, atau Indonesia sendiri. Hal ini diperkuat oleh rekonstruksi arkeolog yang membandingkan artefak keramik di Cirebon dengan temuan serupa di Sumatera Selatan, khususnya di Kesultanan Palembang.

Di era yang sama saat Dinasti Tang aktif berdagang keramik, Kerajaan Sriwijaya sedang berada di puncak keemasannya. Denyut ekonominya sangat aktif dan diyakini telah menjalin hubungan erat dengan Tiongkok. Tak heran, temuan artefak di Palembang memiliki kemiripan dengan yang ada di Cirebon, menguak misteri bahwa kapal tersebut diduga kuat memuat keramik Tiongkok yang diperdagangkan dari Sumatera Selatan menuju pesisir utara Jawa bagian timur. Nahas, di lepas pantai Cirebon, kapal itu tenggelam bersama muatan berharganya, terkubur di dasar laut hingga akhirnya terkuak oleh jaring seorang nelayan pada tahun 2003.

Ikuti kami di Google News

Tinggalkan komentar

Related Post