Ekonesia – Indonesia, dengan rentetan musibah alam yang tak ada habisnya, kini menghadapi dilema serius di sektor asuransi. Delil Khairat, Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, menyoroti bagaimana frekuensi bencana yang merajalela menjadi ganjalan utama bagi industri asuransi dan reasuransi. Mereka kesulitan mengelola portofolio perlindungan, khususnya untuk asuransi properti dan kendaraan bermotor, di tengah ancaman risiko yang terus meningkat.
Situasi ini mendesak industri asuransi dan reasuransi untuk segera menggenjot kapasitas finansial mereka. Ironisnya, meski Indonesia memiliki pelaku industri yang berlimpah—lebih dari 70 perusahaan asuransi umum dan syariah, 50 asuransi jiwa, serta 9 perusahaan reasuransi—masing-masing entitas justru memiliki modal yang relatif minim. Kondisi modal cekak ini berakibat pada daya serap risiko yang sangat terbatas, membuat mereka rentan saat klaim besar akibat bencana datang menerjang.

Bagaimana strategi jitu untuk menghadapi dinamika risiko yang terus berubah ini? Pertanyaan krusial ini sempat dibahas tuntas dalam dialog eksklusif Dina Gurning bersama Delil Khairat di program Power Lunch CNBC Indonesia belum lama ini, mengupas tuntas tantangan dan solusi bagi masa depan industri asuransi nasional.











Tinggalkan komentar