Ekonesia Ekonomi – Senja di Mentawai tak lagi sepenuhnya gelap. Sinergi berbagai sumber energi menjadi kunci untuk menerangi pedalaman Bumi Sikerei ini. Di Dusun Maruibaga, Desa Matotonan, Siberut Selatan, listrik masih menjadi barang langka, namun harapan terus menyala.
Aman Lippat, seorang Sikerei, masih mengandalkan alam. Namun, keluarganya tetap butuh listrik untuk mengisi daya ponsel. Kondisi ini mencerminkan tantangan elektrifikasi di Mentawai, di mana akses terbatas menjadi penghalang utama.

Dulu, warga Matotonan hanya mengandalkan lampu minyak. Kini, mereka memanfaatkan PLTS dan mesin diesel PLN. Namun, PLTBm yang sempat diresmikan pada 2019, kini mangkrak karena kerusakan mesin.
Akses jalan yang belum memadai menjadi kendala utama pembangunan jaringan listrik. Akibatnya, desa-desa di pedalaman masih kesulitan mendapatkan pasokan listrik yang stabil.
Kepala Bidang Energi dan Ketenagalistrikan Dinas ESDM Sumbar, Erick Kurniawan, menjelaskan bahwa PLTS Matotonan merupakan bantuan dari Kementerian ESDM yang direvitalisasi pada 2022. Iuran warga diharapkan menjadi dana operasional PLTS, namun realisasinya belum optimal.
Rena Saegeoni, petugas PLTS Desa Matotonan, setiap hari membersihkan panel surya. Ia berharap listrik dapat menyala tepat waktu dan daya mencukupi kebutuhan warga.
Bupati Mentawai, Rinto Wardhana, berkomitmen mewujudkan elektrifikasi 100% di Mentawai. Namun, keterbatasan anggaran membuat upaya ini membutuhkan sinergi dari berbagai pihak.
General Manager PLN UID Sumbar, Ajrun Karim, mengakui medan dan akses menjadi kendala utama. PLN menargetkan rasio elektrifikasi desa 100% pada 2025, dengan kolaborasi bersama Kementerian ESDM melalui pembangunan PLTS terapung.
Listrik padam masih sering terjadi karena pemeliharaan atau faktor alam. Untuk Matotonan, PLN menyuplai listrik dari PLTD dengan mesin diesel yang sudah tua.
Melistriki Mentawai membutuhkan perluasan jaringan, penambahan pembangkit, dan sinergi berbagai pihak. Potensi energi yang ada harus dimanfaatkan secara optimal untuk menerangi Bumi Sikerei.
Tinggalkan komentar