Ekonesia – Akhir pekan ini, Stamford Bridge kembali bergemuruh menyambut John Terry dalam laga amal kontra Liverpool. Lebih dari sekadar legenda Chelsea, Terry adalah ikon kesuksesan dengan lima gelar Premier League, enam Piala FA, tiga Piala Liga, serta mahkota Liga Champions dan Liga Europa. Kisah hidupnya pun tak kalah menarik: kekayaan fantastis, transformasi sang istri, dan paradoks keluarga pendukung West Ham.
Kiprah Terry di lapangan hijau tak hanya diukur dari trofi. Kekayaan bersihnya ditaksir mencapai Rp 1,1 Triliun. Pada 2007, ia bahkan tercatat sebagai pemain dengan bayaran tertinggi di Premier League. Dedikasinya sebagai bek tangguh dan pemimpin karismatik mengantarkannya menjadi figur legendaris yang dihormati di Stamford Bridge.

Namun, sorotan tak hanya tertuju pada Terry. Sang istri, Toni Terry, mengalami metamorfosis gaya hidup yang mencengangkan. Dulu lekat dengan citra glamor WAGs, kini Toni tampil lebih sederhana dan elegan. Tweed, sweter kasmir, dan sepatu bot desainer menggantikan gaya mencolok era 2000-an. Perubahan ini juga merambah karier, dengan Toni menekuni dressage profesional dan menjadi influencer kebugaran.
Uniknya, di balik kesuksesan Terry bersama Chelsea, tersimpan cerita tentang keluarga yang justru mendukung West Ham United. Terry mengenang momen canggung saat golnya ke gawang West Ham pada 2012 memicu reaksi beragam dari keluarganya. Ia memahami sentimen tersebut, mengingat masa kecilnya dihabiskan di lingkungan penggemar The Hammers. Bahkan, Terry sempat berlatih di akademi West Ham sebelum akhirnya berlabuh di Chelsea. Golnya di menit ke-92 ke gawang West Ham sudah ia prediksi akan berbuah "olok-olok" dari keluarga dan teman dekatnya.
Tinggalkan komentar