Ekonesia Ekonomi – Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi meminta otoritas bandara untuk memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah (Pemda) dalam mengatasi gangguan penerbangan yang disebabkan oleh aktivitas layang-layang di berbagai wilayah. Permintaan ini muncul sebagai respons terhadap meningkatnya insiden yang membahayakan keselamatan penerbangan.
Menhub menekankan pentingnya edukasi keselamatan secara masif hingga ke tingkat masyarakat terkecil, termasuk RT. Pasalnya, aktivitas menerbangkan layang-layang seringkali dilakukan tanpa kesadaran akan potensi bahayanya bagi penerbangan. Sosialisasi terus digencarkan, terutama menjelang musim liburan dan mudik, ke wilayah-wilayah yang diketahui aktif menerbangkan layangan dan balon udara.

"Kita datangi sampai ke tempat-tempat yang memang secara spesifik mereka suka menerbangkan layangan itu," ujar Menhub, Rabu (12/6/2024). Ia mengungkapkan bahwa gangguan penerbangan akibat layangan sempat terjadi di area Jakarta dan Bali, terutama saat musim liburan ketika anak-anak banyak bermain di ruang udara terbuka.
Oleh karena itu, Menhub juga meminta pemetaan wilayah rawan layangan dan gangguan udara lainnya sebagai upaya antisipasi terhadap potensi gangguan keselamatan penerbangan nasional. Edukasi masyarakat adalah proses jangka panjang yang membutuhkan ketekunan, karena perubahan perilaku tidak dapat dicapai dalam waktu singkat dan harus dilakukan secara konsisten.
Sebelumnya, Perum LPPNPI atau Airnav Indonesia melaporkan bahwa aktivitas layang-layang di area Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) menyebabkan 21 pesawat batal terbang dan mendarat dalam kurun waktu 4-6 Juli 2025. Direktur Utama AirNav Indonesia, Avirianto Suratno, menyampaikan peringatan keras kepada masyarakat untuk tidak bermain layang-layang di sekitar bandara, khususnya di area jalur lepas landas dan pendaratan pesawat. Berita ini dilansir dari ekonosia.com.
Tinggalkan komentar