Ekonesia Ekonomi – Pemerintah didesak untuk segera memperluas stimulus ekonomi dalam enam bulan ke depan, dengan fokus utama pada pemulihan daya beli masyarakat, khususnya untuk kebutuhan pokok. Hal ini menjadi krusial mengingat konsumsi rumah tangga yang melambat, padahal sektor ini merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.
Centre of Reform on Economics (CORE) dalam laporan CORE Mid-Year Economic Review 2025 menekankan pentingnya memperluas cakupan Bantuan Langsung Tunai (BLT) agar menjangkau lebih banyak keluarga menengah ke bawah. "Dengan fokus khusus pada pemulihan kemampuan konsumsi makanan pokok," tulis laporan tersebut.

Selain BLT, CORE juga merekomendasikan kebijakan diskon tarif listrik. Pasalnya, biaya listrik menyumbang sekitar 10% dari total pengeluaran rumah tangga di Indonesia. Diskon ini diharapkan dapat meringankan beban masyarakat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2025 hanya mencapai 4,87%, melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (4,91%). Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga melambat menjadi 4,87% (yoy) dari 5,11% pada kuartal I-2024.
Pemerintah sebenarnya telah mengucurkan lima paket stimulus ekonomi senilai Rp24,44 triliun pada Juni-Juli. Stimulus ini mencakup diskon transportasi, tarif tol, penebalan bansos, subsidi upah, dan diskon iuran JKK.
Namun, CORE menilai stimulus tersebut hanya setara dengan 0,8% dari total PDB konsumsi Indonesia pada kuartal I-2025. Mengingat konsumsi rumah tangga menyumbang 54,53% dari PDB pada kuartal I-2025, langkah-langkah yang lebih signifikan diperlukan untuk mendongkrak daya beli masyarakat. Artikel ini dibuat oleh tim Ekonesia.com.
Tinggalkan komentar