Ekonesia Market – Menjelang usia kemerdekaan ke-80, tahukah Anda bahwa sejarah pasar modal Indonesia jauh lebih panjang? Bursa efek pertama kali hadir di Batavia pada masa Hindia Belanda, meski sempat terhenti akibat berbagai gejolak. Titik balik terjadi pada 10 Agustus 1977, saat pemerintahan Soeharto menghidupkan kembali bursa efek, yang dikelola oleh Bapepam. PT Semen Cibinong Tbk (SMCB) mencatatkan diri sebagai emiten pertama yang melantai di bursa.
Kondisi pasar modal saat itu jauh berbeda dengan sekarang. Sepuluh tahun setelah IPO SMCB, hanya ada 24 emiten yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1987. SMCB sendiri didirikan pada 15 Juni 1971, dan saat IPO menawarkan 178.750 saham dengan harga Rp 10.000 per lembar, berhasil meraup dana hampir Rp 1,8 miliar.

Pada tahun 1988, terjadi perubahan kepemilikan ketika Kaiser Cement & Gypsum Corporation dan International Finance Coporation (IFC) menjual 49% sahamnya ke PT Tirtamas Majutama, milik Hashim Djojohadikusumo. Selanjutnya, SMCB aktif melakukan ekspansi melalui akuisisi, seperti PT Semen Nusantara (produsen Semen Borobudur) pada tahun 1993 dan 100% saham PT Semen Dwima Agung di Tuban, Jawa Timur pada tahun 1995.
Krisis moneter 1998 turut berdampak pada SMCB. Pada tahun 2000, Holcim Ltd asal Swiss menjadi pemegang saham pengendali, dan pada tahun 2005, Holcim Participation menjual seluruh sahamnya di Semen Cibinong kepada Holdervin BV (induk perusahaan Holcim Ltd) senilai Rp 2,47 triliun. Setahun kemudian, SMCB berganti nama menjadi PT Holcim Indonesia Tbk.
Aksi korporasi terus berlanjut, termasuk akuisisi 100% saham PT Lafarge Cement Indonesia pada tahun 2016 senilai Rp 2,13 triliun. Setelah merger global antara Holcim dan Lafarge, SMCB diakuisisi oleh PT Semen Indonesia pada tahun 2018, yang mengambil alih 80,6% saham LafargeHolcim senilai US$917 juta.
Kini, SMCB dikenal sebagai PT Solusi Bangun Indonesia, dengan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk sebagai pemegang saham pengendali dengan kepemilikan 83,52%. Perjalanan panjang SMCB menjadi saksi bisu perkembangan pasar modal Indonesia dari masa ke masa.
Tinggalkan komentar