Indonesia Rebut Kembali Tahta Rempah Dunia?

Rachmad

2 Juli 2025

2
Min Read
Indonesia Rebut Kembali Tahta Rempah Dunia?

Ekonesia Ekonomi – Dulu penguasa rempah, kini Indonesia bertekad merebut kembali kejayaan itu melalui hilirisasi. Langkah ini bukan sekadar urusan ekonomi, tapi juga strategi untuk mengembalikan pamor sebagai pusat rempah dunia di era modern.

Dahulu kala, Indonesia adalah kiblat rempah dunia. Bangsa Eropa rela menjelajahi samudra demi mendapatkan cengkeh Maluku, pala Banda, dan lada Sumatera. Namun, ironisnya, kini sebagian besar rempah Indonesia justru diekspor dalam bentuk mentah.

Indonesia Rebut Kembali Tahta Rempah Dunia?
Gambar Istimewa : img.antaranews.com

Untuk keluar dari jebakan "jual bahan mentah", pemerintah mencanangkan hilirisasi rempah sebagai agenda nasional. Rempah kini menjadi garda depan kebangkitan industri dan perdagangan global, dengan target meningkatkan devisa dan kesejahteraan petani.

Hilirisasi menjadi prioritas industrialisasi. Program Indonesia Spice Up The World (ISUTW) menargetkan ekspor bumbu olahan senilai 2 miliar dolar AS dan menghadirkan 4.000 restoran Indonesia di mancanegara.

Kementerian Perdagangan gencar memfasilitasi festival, pameran, dan negosiasi perjanjian perdagangan untuk memuluskan jalan bumbu siap saji, minyak esensial, dan oleoresin ke pasar global.

Di sisi hulu, Kementerian Pertanian fokus meningkatkan kualitas benih dan pascapanen. Kementerian Perindustrian menyiapkan peta jalan peningkatan kapasitas IKM rempah, mulai dari teknologi pengeringan hingga penjaminan mutu, agar produk Indonesia mampu bersaing di pasar premium.

Berbagai daerah juga bergerak. Sumatera Barat, penghasil 90 persen gambir dunia, tengah menyelesaikan peraturan gubernur untuk mengakselerasi produksi tanin dan katekin berkelas industri. Lampung menggulirkan proyek Lada Lestari dan menyiapkan pabrik oleoresin lada hitam. Maluku, Maluku Utara, dan Papua menggelar expo jalur rempah untuk mengangkat pala, cengkeh, dan vanili endemik.

Semua upaya ini bermuara pada hilirisasi terpadu, dari kebun petani hingga industri dan pasar global.

Modernisasi pengolahan rempah, termasuk penggunaan mesin pengering, penggiling, dan kemasan kedap udara, menjadi kunci peningkatan nilai tambah. Di sentra pengolahan, pekerja kini tidak hanya menjemur dan menimbang lada hitam, tetapi juga menyeleksi, menggiling, dan mengemasnya dalam sachet bermerek yang memenuhi standar HACCP.

Ikuti kami di Google News

Tinggalkan komentar

Related Post