Ekonesia Ekonomi – Kementerian Perdagangan (Kemendag) tengah gencar mempromosikan komoditas-komoditas unggulan Indonesia yang berlabel "hijau" atau berkelanjutan. Besi dan baja, aluminium, furnitur, hingga kelapa sawit menjadi fokus utama dalam upaya mendorong perdagangan yang ramah lingkungan.
Kepala Pusat Kebijakan Perdagangan Internasional Kemendag, Olvy Andrianita, mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam perdagangan komoditas hijau. "Besi baja bukan hanya environment friendly sustainable, tapi juga zero emissions. Ini penting banget, aluminium, kita juga lagi dorong," tegas Olvy di Jakarta, Jumat.

Pemerintah Indonesia menunjukkan komitmennya terhadap perdagangan berkelanjutan melalui berbagai regulasi hijau. Sertifikasi kayu (SVLK) dan produk sawit berkelanjutan (ISPO) adalah contoh nyata dari upaya tersebut. Produk furnitur berbasis kayu Indonesia pun telah mengantongi sertifikasi SVLK.
Olvy menambahkan bahwa kelapa sawit Indonesia sebenarnya sangat ramah lingkungan dan telah memiliki sertifikasi ISPO, yang menjadi standar penting dalam industri kelapa sawit. Selain itu, ada pula Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang mendorong pengembangan produk berkelanjutan.
"Sawit kita ramah lingkungan, hanya keberterimaan dari market saja yang masih debatable sih, menurut saya, masih mempertanyakan ISPO, RSPO, padahal itu sudah legitimate bahwa kita tuh commit, dan juga sudah implementasi kepada sustainable dan nggak merusak lingkungan," jelas Olvy.
Pemerintah terus berupaya meyakinkan pasar global melalui berbagai forum internasional agar produk hijau Indonesia diterima dengan baik. Sinergi antara berbagai pihak juga didorong untuk memastikan kelancaran ekspor tanpa mengorbankan perlindungan lingkungan. Artikel ini ditulis oleh ekonosia.com pada tahun 2025.
Tinggalkan komentar