IHSG Ambles, Ekonomi RI Kok Tetap Kuat? Ini Penjelasan BI!

Rachmad

26 Maret 2025

2
Min Read
IHSG Ambles, Ekonomi RI Kok Tetap Kuat? Ini Penjelasan BI!

TeraNews Bisnis – Bank Indonesia (BI) memberikan klarifikasi terkait penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat terjadi beberapa waktu lalu. Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) BI, Solikin M Juhro, menegaskan bahwa penurunan IHSG bukan cerminan kondisi ekonomi Indonesia yang buruk. Menurutnya, fluktuasi IHSG lebih dipengaruhi sentimen pasar dan persepsi investor, bukan fundamental ekonomi domestik.

"Jangan salah kaprah, IHSG turun drastis bukan berarti ekonomi kita sedang terpuruk," tegas Solikin dalam Taklimat Media BI, Rabu (26/3). Ia menekankan bahwa berbagai indikator makroekonomi menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia tetap solid dan terkendali. Utang negara, stabilitas sistem keuangan, dan permodalan perbankan masih dalam kondisi sehat dan terkelola dengan baik.

IHSG Ambles, Ekonomi RI Kok Tetap Kuat? Ini Penjelasan BI!
Gambar Istimewa : akcdn.detik.net.id

"Lihat saja imbal hasil obligasi pemerintah (GGB), inflasi, semuanya masih dalam kondisi baik. Utang kita masih manageable. Dari sisi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), permodalan dan risiko tetap terjaga," tambahnya.

Solikin membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan negara lain. Meskipun Vietnam mencatatkan pertumbuhan tinggi, inflasi di negara tersebut justru lebih tinggi daripada Indonesia. "Pertumbuhan ekonomi kita masih bisa mencapai 5 persen. Vietnam pertumbuhannya tinggi, tapi inflasinya lebih tinggi lagi. India inflasinya 5 persen, sedangkan kita hanya 1,5 persen," jelasnya. Hal ini menunjukkan adanya trade-off dalam kebijakan ekonomi, di mana perlu keseimbangan antara pertumbuhan dan inflasi.

BI, lanjut Solikin, selalu mempertimbangkan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan inflasi dalam mengelola kebijakan ekonomi. Stabilitas tetap menjadi prioritas utama dalam kebijakan moneter Indonesia. "Sasaran utama kita adalah stabilitas. Tapi dalam kondisi normal, semuanya harus dioptimalkan," terangnya.

Solikin juga membandingkan situasi saat ini dengan krisis keuangan Asia 1997-1998. Kala itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia tampak tinggi namun rapuh, sehingga sangat rentan terhadap guncangan krisis. "Sekarang, fundamental ekonomi kita jauh lebih baik," tegasnya.

Sebagai informasi, IHSG sempat anjlok lebih dari 6 persen ke level 6.046 pada Selasa (18/3), dan sempat menyentuh level sekitar 5.900 pada Senin (24/3). Namun, pada Rabu (26/3), IHSG menguat 3,42 persen ke 6.472.

Ikuti kami di Google News

Tinggalkan komentar

Related Post