Ekonesia – PT Timah Tbk (TINS) kini tengah harap-harap cemas sekaligus bersemangat. Pasalnya, perusahaan pelat merah ini menerima limpahan enam smelter sitaan kasus korupsi timah dari Presiden Prabowo Subianto. Bukan hanya smelter, di dalamnya tersimpan potensi "harta karun" berupa mineral logam tanah jarang (rare earth element) dan ingot timah.
Direktur Keuangan TINS, Fina Eliani, mengungkapkan bahwa pihaknya sedang gencar melakukan inventarisasi potensi rare earth di wilayah pertambangan mereka. Rare earth ini berbentuk monasit, hasil sampingan dari aktivitas penambangan timah. Namun, Fina belum bisa memastikan seberapa besar potensi kandungan monasit tersebut, sehingga belum bisa dipastikan kontribusinya terhadap penjualan di tahun 2025.

Proses pelimpahan aset sitaan ini masih berlangsung agar sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. TINS juga tengah menyusun rencana pengelolaan aset tersebut. Data awal menunjukkan ada sekitar 680 ton logam sitaan yang akan dilimpahkan ke TINS. Penjualan baru bisa dilakukan setelah proses pelimpahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sebelumnya, Presiden Prabowo menyebutkan bahwa logam tanah jarang yang ditemukan masih belum terurai. Ia memperkirakan nilai logam tanah jarang ini sangat besar karena mengandung monasit. Prabowo menaksir, 1 ton monasit bisa bernilai ratusan ribu dolar AS, bahkan mencapai US$200 ribu. Total yang ditemukan mencapai puluhan ribu ton, mendekati 40.000 ton. Jika dihitung dengan kurs Rp16.543 per dolar AS, nilai harta karun yang diberikan Prabowo ke Timah bisa mencapai Rp132,40 triliun.











Tinggalkan komentar