Ekonesia – Pasar minyak global dihantui awan gelap potensi surplus pasokan harga pun tertekan. Bayang-bayang perang dagang AS-China yang kembali memanas turut memperkeruh suasana.
Harga minyak mentah dunia bergerak tipis bagai benang hampir tak terlihat. Data terbaru menunjukkan kenaikan yang nyaris tak berarti setelah sempat terpuruk ke level terendah dalam lima bulan terakhir.
Badan Energi Internasional (IEA) memberikan peringatan keras. Laporan mereka menyebutkan dunia berpotensi kebanjiran minyak hingga 4 juta barel per hari pada tahun 2026.
Peningkatan produksi dari negara-negara OPEC+ dan produsen minyak lainnya menjadi biang keladi. Sementara itu permintaan global diperkirakan jalan di tempat tak ada peningkatan signifikan.
Analis senior LSEG Emril Jamil menuturkan pasar kini fokus pada potensi kelebihan pasokan di tengah sinyal permintaan yang tak menentu. Risiko geopolitik yang mereda dan meningkatnya ketegangan dagang juga menambah tekanan pada harga.
Eskalasi tensi dagang antara Amerika Serikat dan China menambah kekhawatiran. Dua negara raksasa ekonomi ini saling membalas dengan mengenakan biaya tambahan di pelabuhan. Hal ini berpotensi melumpuhkan arus perdagangan global.
Analis pasar dari IG Tony Sycamore mengatakan fokus pasar tetap tertuju pada eskalasi baru dalam hubungan dagang AS-China dan risiko yang ditimbulkannya terhadap ekonomi global.
Dalam jangka pendek para pelaku pasar memprediksi harga minyak akan bergerak terbatas. Harga minyak Brent diperkirakan akan berkutat di kisaran US$60-63 per barel. Semua mata kini tertuju pada kebijakan OPEC+ dan perkembangan ekonomi global.
Tinggalkan komentar