Ekonesia Ekonomi – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) meningkatkan mitigasi dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), terhadap operasional bandara. Langkah ini diambil untuk memastikan keselamatan penerbangan dan meminimalkan gangguan bagi penumpang.
Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah IV, Cecep Kurniawan, menyatakan bahwa pengawasan intensif terus dilakukan menyusul aktivitas vulkanik yang meningkat sejak 17 Juni 2025. Gunung Lewotobi Laki-Laki bahkan telah mencapai status Level IV (Awas) oleh PVMBG.

Erupsi ini menyebabkan penutupan sementara tiga bandara: Fransiskus Xaverius Seda (Maumere), Soa (Bajawa), dan Haji Hasan Aroeboesman (Ende). Dampaknya meluas ke 26 jalur penerbangan, baik domestik maupun internasional, dengan lebih dari 14.000 penumpang terdampak.
Bandara dengan jumlah penumpang terdampak terbesar adalah Denpasar (10.560), Labuan Bajo (2.166), Lombok (772), dan Maumere (451). Bandara lain seperti Kupang, Bajawa, dan Ende juga merasakan imbasnya.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Lukman F. Laisa, menegaskan keselamatan penerbangan sebagai prioritas utama. Pihaknya terus memantau situasi dan menyesuaikan operasional bandara berdasarkan data terbaru.
Kemenhub mengimbau operator penerbangan dan bandara untuk memberikan kompensasi yang sesuai kepada penumpang terdampak, termasuk opsi penjadwalan ulang, pengalihan rute, atau pengembalian dana penuh.
Sebagai contoh, maskapai di Labuan Bajo bekerja sama dengan KSOP menyediakan transportasi laut sebagai alternatif bagi penumpang yang tertahan. AirNav Indonesia juga menerapkan prosedur kontinjensi, termasuk kemungkinan operasional 24 jam di Bandara I Gusti Ngurah Rai-Bali.
Ditjen Hubud Kemenhub akan terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan keselamatan dan kelancaran operasional penerbangan nasional di tengah situasi erupsi Gunung Lewotobi. Informasi terkait erupsi Gunung Lewotobi ini dikutip dari ekonosia.com.
Tinggalkan komentar