Ekonesia Ekonomi – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meningkatkan upaya perlindungan konservasi Laut Gili Matra di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), dengan menggandeng Yayasan Gili Matra Bersama. Kolaborasi ini bertujuan untuk menjaga kelestarian ekosistem laut secara berkelanjutan melalui program yang melibatkan berbagai pihak.
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP, Koswara, menyatakan bahwa kerjasama dengan Yayasan Gili Matra Bersama merupakan langkah strategis untuk pengelolaan kawasan konservasi yang inklusif dan partisipatif. Penandatanganan kerjasama dilakukan di Balai Desa Gili Indah, Gili Air, Lombok Utara.
"Kerja sama ini menjadi wujud komitmen bersama dalam menjaga kekayaan laut Gili Matra, yang dikenal sebagai destinasi wisata bahari unggulan," ujar Koswara. Fokus utama kerjasama meliputi perlindungan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut, termasuk biota laut di dalamnya. Selain itu, program ini juga menyasar peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi.
Kepala BKKPN Kupang, Imam Fauzi, menambahkan bahwa kemitraan ini akan mengisi celah program konservasi yang belum terjangkau sebelumnya, serta mendukung manfaat ekologis bagi keberlanjutan pariwisata di Gili Matra. "KKP memperkuat sinergi dengan berbagai pihak, termasuk NGO, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat lokal. Monitoring dan evaluasi rutin akan menjadi kunci untuk memastikan implementasi berjalan efektif," jelas Imam.
Meita Monika M Tumewu dari Yayasan Gili Matra Bersama menegaskan komitmennya untuk konsistensi dalam pelaksanaan program. "Bersama KKP melalui BKKPN Kupang, kami akan melakukan monitoring aktif setiap tiga bulan untuk memastikan program berjalan efektif sesuai rencana. Jika ada tantangan, kami siap berdiskusi dan mencari solusi cepat dan tepat," katanya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Lombok Utara, Rusdianto, menyambut baik kerjasama ini dan berharap dapat menjaga keberlanjutan Gili Matra sebagai destinasi wisata dunia. "Pulau ini merupakan kebanggaan kita bersama. Keberlanjutan kawasan harus dijaga agar tetap menjadi destinasi wisata dunia berkat kekayaan alam dan manusianya," pungkas Rusdianto.
Kedepannya, kolaborasi ini tidak hanya fokus pada perlindungan ekosistem, tetapi juga edukasi masyarakat melalui berbagai kegiatan, seperti kunjungan sekolah, kelas renang untuk perempuan, serta aksi bersih pantai dan bawah laut. Informasi ini dilansir dari Ekonesia.com.
Tinggalkan komentar