Ekonesia Market – Industri energi hijau di Amerika Serikat tengah menghadapi badai besar, dengan kebangkrutan Sunnova Energy International menjadi sinyal yang mengkhawatirkan. Perusahaan instalasi panel surya atap terkemuka ini resmi mengajukan kebangkrutan Chapter 11, meninggalkan utang menggunung sebesar US$8,9 miliar.
Sunnova, yang pernah memiliki valuasi lebih dari US$5 miliar dan melayani lebih dari 400.000 pelanggan, kini berencana menjual atau melikuidasi asetnya. Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan kesulitan menjalankan bisnisnya yang meliputi instalasi panel surya, penyimpanan energi, dan pembiayaan untuk pelanggan residensial.

Menurut CEO Sunnova, Paul Mathews, ketidakpastian kebijakan pemerintah federal terkait subsidi energi surya memperburuk kondisi perusahaan. Ia menuding adanya perubahan prioritas pemerintah yang lebih condong pada penekanan harga listrik dari bahan bakar fosil. Hal ini berdampak signifikan pada kepercayaan investor dan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pendanaan baru.
Nasib serupa juga menimpa Solar Mosaic, perusahaan pembiayaan panel surya yang juga mengajukan kebangkrutan. Gelombang kebangkrutan ini menambah daftar panjang perusahaan energi surya yang mengalami gagal bayar utang, seperti SunPower dan Lumio yang bangkrut tahun lalu, serta Titan Solar yang menghentikan operasinya.
Tekanan terhadap sektor energi surya dipicu oleh kombinasi faktor, termasuk permintaan yang melemah, suku bunga yang tinggi, dan perubahan kebijakan pemerintah terkait energi terbarukan. Rencana parlemen untuk mengurangi insentif yang selama ini menopang industri ini semakin memperburuk situasi.
Paket kebijakan pajak dan belanja yang disetujui oleh DPR AS berpotensi menghapus beberapa insentif pajak untuk panel surya dan baterai. Meskipun beberapa senator dari negara bagian penghasil lapangan kerja energi bersih berusaha mempertahankan insentif tersebut, investor terlanjur kehilangan kepercayaan.
Sunnova didirikan pada tahun 2012 dengan tujuan menyediakan energi surya rumahan melalui skema pembiayaan bagi pelanggan yang tidak mampu membayar biaya awal instalasi. Perusahaan juga menawarkan skema sewa panel dengan pembayaran bulanan berdasarkan konsumsi listrik.
Setelah melantai di bursa pada tahun 2019, bisnis Sunnova berkembang pesat berkat penurunan biaya panel dan insentif pemerintah. Namun, sejak akhir tahun 2023, kenaikan suku bunga menyebabkan banyak rumah tangga menunda pemasangan sistem surya baru.
Kerugian bersih perusahaan mencapai US$448 juta pada tahun 2024, dengan likuiditas yang terus menyusut. Sahamnya anjlok lebih dari 93% sejak puncaknya pada tahun 2021 hingga April 2024. Meskipun sempat memperoleh pinjaman darurat US$185 juta dari KKR, Sunnova tetap memperingatkan bahwa arus kasnya tidak cukup untuk bertahan.
Saat ini, Sunnova hanya memiliki dana kas US$13,5 juta yang akan digunakan untuk tiga minggu pertama proses kebangkrutan. Perusahaan berupaya menjual aset ke Atlas dan Lennar Homes untuk mengumpulkan tambahan dana US$31 juta. Namun, penjualan ke Atlas ditentang oleh kelompok dealer yang sebelumnya dikontrak Sunnova. Proses ke depan akan menentukan arah industri panel surya residensial AS, apakah mampu bertahan atau justru semakin terpuruk. Informasi ini dilansir dari ekonosia.com.
Tinggalkan komentar