Ekonesia – Harga emas diprediksi terus meroket hingga akhir tahun ini. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) pun tancap gas membidik sejumlah target ambisius di tengah tren positif ini. Analis menyebut harga emas bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi US$4.000 per troy ons Oktober lalu.
Kondisi geopolitik global yang tak menentu menjadi katalis utama kenaikan harga emas. Emas dianggap sebagai aset "safe haven" di tengah ketidakpastian ekonomi. MDKA sebagai holding pertambangan raksasa, mengelola aset signifikan dengan total sumber daya 36,4 juta ounces emas, 8,5 juta ton tembaga, 13,8 juta ton nikel, dan 1 juta ton kobalt.

MDKA melalui PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) akan memulai produksi emas perdana di Tambang Pani Gorontalo awal 2026. Produksi puncak tambang ini diproyeksikan mencapai 500.000 ounces per tahun pada 2032. Di Tambang Tujuh Bukit Banyuwangi, PT Bumi Suksesindo (BSI) menargetkan produksi emas 100.000 hingga 110.000 ons tahun ini.
Untuk mencapai target tersebut, perseroan menyiapkan biaya tunai sekitar US$1.000 hingga US$1.100 per ons. PT BSI mengoperasikan area tambang seluas 992 hektare dari total wilayah konsesi 4.998 hektare di Banyuwangi.










Tinggalkan komentar