Ekonesia Ekonomi – Kesepakatan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa (IEU-CEPA) yang digagas Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen diyakini Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia akan menjadi katalisator utama dalam meningkatkan volume perdagangan antara kedua negara.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menyebut kesepakatan ini sebagai terobosan signifikan dalam perdagangan internasional. "Ini adalah sebuah ‘breakthrough’ dalam perdagangan internasional di Indonesia dan Uni Eropa yang telah memakan hampir satu dekade dalam negosiasi," ujarnya dalam keterangan tertulis.

Anindya menyoroti data perdagangan tahun 2024 yang menunjukkan nilai perdagangan Indonesia dan Uni Eropa mencapai 30,1 miliar dolar AS. Dengan rincian ekspor UE ke Indonesia senilai 9,7 miliar euro dan impor UE dari Indonesia senilai 17,5 miliar euro. Ia optimis IEU-CEPA akan memberikan dampak positif serupa dengan perjanjian UE-Vietnam CEPA, dimana perdagangan kedua pihak melonjak 20 persen setelah ratifikasi.
Di era multipolar ini, Anindya mendorong perusahaan Indonesia dan anggota Kadin untuk memanfaatkan momentum ini dengan melakukan diversifikasi dan aktif mengeksplorasi pasar baru. Tujuannya adalah untuk meningkatkan perdagangan internasional dan memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, mengungkapkan bahwa penandatanganan IEU CEPA direncanakan pada bulan September mendatang. Ia menargetkan ratifikasi dapat dilakukan secepat mungkin. Rosan bahkan memproyeksikan nilai perdagangan Indonesia ke UE dapat meningkat dua kali lipat, dari 30 miliar dolar AS menjadi 60 miliar dolar AS setelah implementasi IEU CEPA.
Kemitraan ini membuka akses ke pasar yang sangat besar, menggabungkan populasi kedua kawasan dengan total lebih dari 700 juta jiwa. Kesepakatan ini diharapkan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan investasi di Indonesia.
Tinggalkan komentar