Ekonesia Market – Gelombang dedolarisasi kian terasa di Asia, termasuk di dua negara tetangga Indonesia, yaitu Singapura dan Malaysia. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap dinamika geopolitik global, perubahan kebijakan moneter, serta strategi mitigasi risiko yang diterapkan oleh negara-negara di kawasan.
Dorongan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS juga dipicu oleh ketidakpastian kebijakan perdagangan Amerika Serikat, terutama sejak era pemerintahan Donald Trump, serta potensi depresiasi nilai tukar dolar. Negara-negara seperti China dan Taiwan pun turut serta dalam upaya mempromosikan penggunaan mata uang lokal. China, misalnya, aktif mengembangkan skema swap mata uang bilateral dan mata uang digital yuan.

Sektor perbankan dan pelaku usaha juga menunjukkan tren serupa, dengan mengalihkan sebagian simpanan dan pembiayaan dari dolar ke mata uang lokal. Tujuannya jelas, yaitu untuk meminimalisir risiko fluktuasi nilai tukar dan biaya lindung nilai yang semakin mahal.
Meski demikian, Kepala Ekonom BMI, Cedric Chehab, menilai bahwa fenomena dedolarisasi ini masih bersifat siklikal. Dampak yang lebih struktural mungkin baru akan terasa jika AS mengambil langkah-langkah ekonomi yang lebih agresif, seperti penerapan sanksi ekonomi. Hal ini dapat mendorong bank sentral di negara lain untuk lebih berhati-hati dalam menyimpan cadangan devisa dalam bentuk dolar AS. Skenario lain yang mungkin terjadi adalah pengalihan investasi dana pensiun ke dalam negeri.
Beberapa pengamat juga menekankan bahwa menggantikan posisi dolar AS sebagai mata uang cadangan utama bukanlah perkara mudah. Ahli Strategi FX ING, Fransesco Pesole, menyoroti keunggulan dolar dalam hal likuiditas, kedalaman pasar obligasi, dan pasar kredit yang belum tertandingi oleh mata uang lain.
Sementara itu, Peter Kinsella dari Union Bancaire Privee mengingatkan pentingnya membedakan antara pelemahan dolar akibat siklus ekonomi dengan tren dedolarisasi yang lebih mendalam. Menurutnya, dolar masih memegang status sebagai mata uang dominan, meskipun mengalami pelemahan dalam beberapa periode. Kinsella menambahkan bahwa tren penurunan penggunaan dolar sebagai aset cadangan kemungkinan akan berlanjut, dan hal ini dapat berdampak positif pada harga emas.
Tinggalkan komentar