Ekonesia Ekonomi – Kementerian Pertanian (Kementan) gencar mendorong investasi dan inovasi teknologi di sektor peternakan nasional. Langkah ini diambil untuk memperkuat daya saing dan mengurangi ketergantungan impor daging sapi serta susu.
Direktur Hilirisasi Hasil Peternakan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Makmun, menyatakan bahwa kebutuhan daging sapi dan susu nasional masih menjadi tantangan utama. Indonesia masih mengimpor sekitar 400 ribu ton daging sapi per tahun, sementara produksi susu dalam negeri baru mencukupi 21 persen dari total kebutuhan 4,7 juta ton.

"Ini adalah peluang emas bagi para pelaku industri untuk berinvestasi di sektor peternakan," ujar Makmun dalam forum Indo Livestock 2025 di Surabaya, Jawa Timur. Acara yang berlangsung dari 2-4 Juli ini diikuti oleh 300 peserta dari 15 negara, termasuk paviliun dari China, Korea Selatan, Taiwan, Eropa, dan Denmark.
Makmun menambahkan, sektor peternakan Indonesia menunjukkan tren positif, tercermin dari peningkatan volume ekspor produk peternakan. Pada tahun 2024, ekspor meningkat menjadi 489,7 ribu ton, naik 4,16 persen dari tahun sebelumnya. "Ini membuktikan bahwa Indonesia tidak kekurangan sumber protein hewani," tegasnya.
Assistant Project Director PT Napindo Media Ashatama, Lisa Rusli, menekankan pentingnya Indo Livestock 2025 sebagai wadah berbagi informasi dan menjalin kemitraan lintas sektor. Ia berharap forum ini dapat mendorong kerja sama yang adil, berkelanjutan, dan saling menguntungkan antar pelaku usaha.
Indo Livestock 2025 menampilkan berbagai inovasi teknologi serta peluang kemitraan di bidang peternakan, pakan ternak, kesehatan hewan, pengolahan susu, perikanan, dan pertanian. Diharapkan, ajang ini dapat menjadi katalisator bagi pertumbuhan sektor peternakan nasional. Informasi ini dilansir dari ekonosia.com.
Tinggalkan komentar