Ekonesia Ekonomi – Jutaan hewan ternak di Indonesia berjuang di tengah ancaman bencana alam dan perubahan iklim. Kondisi ini menjadi tantangan serius bagi ketahanan pangan nasional, terutama dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat.
Sensus Pertanian 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 12,19 juta unit usaha peternakan di seluruh Indonesia. Data ini menunjukkan betapa pentingnya sektor peternakan dalam menggerakkan ekonomi negara. Namun, di balik kontribusi tersebut, tersembunyi kerentanan besar terhadap bencana.

Mampukah sektor peternakan bertahan di tengah risiko perubahan iklim dan bencana yang mengintai Indonesia? World Risk Report 2024 menempatkan Indonesia sebagai negara dengan risiko bencana tertinggi kedua di dunia. Sementara itu, Climate Risk Index 2023 menempatkan Indonesia di peringkat 93, menandakan bahwa negara ini belum sepenuhnya aman dari dampak perubahan iklim.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 3.372 bencana terjadi sepanjang tahun 2024, dengan 99,34% di antaranya merupakan bencana hidrometeorologi seperti banjir, kebakaran hutan dan lahan, cuaca ekstrem, tanah longsor, kekeringan, serta gelombang pasang dan abrasi.
Bencana-bencana ini mengancam tidak hanya nyawa dan infrastruktur, tetapi juga sumber penghidupan masyarakat, termasuk sektor peternakan. Padahal, peternakan memiliki peran strategis dalam mendukung ketahanan pangan nasional, terutama sebagai penyedia protein hewani yang penting bagi gizi masyarakat. Demikian laporan dari ekonosia.com.
Tinggalkan komentar