Ekonesia Market – Di tengah lesunya kinerja saham perbankan secara umum, saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) justru mencuri perhatian dengan lonjakan fantastis. Sepanjang tahun ini, saham BNLI telah melesat lebih dari 200%, sebuah pencapaian yang kontras dengan tren yang dialami oleh banyak bank lainnya.
Data menunjukkan bahwa harga saham BNLI, yang diawali pada level 970 di awal tahun, kini telah mencapai 2.960. Kenaikan ini juga berdampak signifikan pada kapitalisasi pasar Bank Permata, yang kini menyentuh angka Rp 106,1 triliun. Sebagai perbandingan, BRIS, bank terbesar keenam di Indonesia, memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp 116,5 triliun. Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2025, Bank Permata menduduki peringkat ke-9 sebagai bank dengan aset terbesar.

Meskipun demikian, volume perdagangan saham BNLI relatif kecil. Data mencatat bahwa Maybank Sekuritas Indonesia menjadi broker dengan pembelian saham BNLI terbanyak, yakni 446.357 lot senilai Rp 80,4 miliar, dengan rata-rata pembelian di harga Rp 1.845. BRI Danareksa juga tercatat melakukan pembelian sebanyak 12.418 lot senilai Rp 3,5 miliar.
Analis dari Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menjelaskan bahwa kenaikan signifikan saham BNLI didorong oleh kombinasi faktor fundamental yang membaik, narasi pertumbuhan jangka panjang, dan sentimen pasar yang positif.
"Sentimen pasar juga berperan, seperti spekulasi bahwa BNLI akan naik kelas menjadi bank KBMI IV, serta rumor potensi masuk ke indeks global seperti MSCI," ujarnya seperti dikutip dari ekonosia.com.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Oktober 2024 lalu, juga telah menyampaikan harapan agar Permata Bank terus berkembang dan meningkatkan kelasnya menjadi bank KBMI 4.
"Kami mengapresiasi kontribusi Permata Bank dan Bangkok Bank selama ini, dan kedepannya berharap akan terus mengembangkan diri menjadi bank yang semakin memberikan kontribusi kepada sistem perbankan Indonesia, termasuk peningkatan permodalan menuju bank KBMI 4," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae.
Dengan total ekuitas Permata Bank sebesar Rp 43,5 triliun pada kuartal I-2025, bank ini masih membutuhkan tambahan modal sekitar Rp 26,5 triliun untuk mencapai level bank kasta tertinggi di Indonesia.
Meskipun tren saham BNLI positif, Ekky mengingatkan investor untuk tetap berhati-hati. "Kenaikan harga BNLI sangat agresif, dan saat ini valuasinya mulai mendekati bank besar lain (Top 20 Market cap), sehingga investor perlu tetap berhati-hati dan memperhatikan perkembangan kinerja ke depan," katanya.
Pada tahun sebelumnya, BNLI mencatatkan laba sebesar Rp 3,6 triliun, meningkat 38% secara tahunan (yoy). Namun, pada kuartal I tahun ini, laba bank mengalami kontraksi sebesar 2,27% yoy.
Analis Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menambahkan bahwa selain ekspektasi terhadap kinerja, lonjakan saham BNLI juga dipicu oleh pelepasan 3,47 miliar saham Bangkok Bank untuk memenuhi ketentuan free float lebih dari 7,5%. "Hal ini memberikan ruang bagi investor retail hingga institusi dan mendorong likuiditas," jelasnya.
Pada Juli 2024, Bangkok Bank masih memegang 98,71% saham BNLI, sementara publik hanya memiliki 1,29%. Data terbaru pada Mei 2025 menunjukkan peningkatan kepemilikan publik menjadi 10,88%, sementara saham Bangkok Bank terdilusi menjadi 89,12%.
Tinggalkan komentar