Bakteri: Pahlawan Baru Pertanian Indonesia?

Rachmad

13 Juli 2025

2
Min Read
 Bakteri: Pahlawan Baru Pertanian Indonesia?

Ekonesia Ekonomi – Guru Besar UGM, Prof. Tri Joko, mengungkapkan potensi besar bakteri sebagai alternatif pengganti pestisida sintetis dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan. Pemanfaatan bakteri, terintegrasi dengan teknik pengelolaan penyakit yang tepat, menjanjikan pengurangan signifikan penggunaan pupuk dan pestisida kimiawi.

Tri Joko menjelaskan bahwa bakteri tertentu, dikenal sebagai "plant growth promoting bacteria" (PGPB) dan agen pengendali hayati (APH), dapat dioptimalkan jika pengelolaannya dipahami dengan baik. Interaksi alami antara bakteri dan tanaman telah berevolusi, menciptakan simbiosis yang saling menguntungkan.

 Bakteri: Pahlawan Baru Pertanian Indonesia?
Gambar Istimewa : img.antaranews.com

Lebih lanjut, dosen Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM ini menegaskan bahwa bakteri tidak hanya efektif dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT), tetapi juga mampu memacu pertumbuhan tanaman secara langsung melalui penyediaan faktor pertumbuhan esensial.

Bakteri APH berperan penting dalam menjaga kesehatan tanaman, tidak hanya secara langsung, tetapi juga melalui mekanisme pensinyalan biokimia yang kompleks. Interaksi dinamis antara tanaman dan bakteri di rizosfer, wilayah tanah di sekitar akar, memengaruhi kesehatan tanaman, produktivitas, dan kesuburan tanah secara keseluruhan.

Tri mencontohkan beberapa jenis bakteri seperti Bacillus, Streptomyces, dan Pseudomonas yang telah lama dikenal sebagai APH efektif dalam mengendalikan serangga hama dan nematoda parasit tumbuhan. Pemanfaatan bakteri dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman menawarkan solusi alami dan berkelanjutan.

Dalam orasi ilmiah pengukuhannya sebagai Guru Besar, Tri mengulas sejarah bakteriologi tumbuhan, menyoroti pentingnya penemuan penyakit hawar api pada tanaman pir oleh Thomas Jonathan Burrill pada tahun 1878. Penyakit tumbuhan akibat infeksi bakteri masih menjadi ancaman serius bagi sektor pertanian global, menyebabkan kerugian ekonomi diperkirakan mencapai 49,6 miliar dolar AS setiap tahun. Informasi ini dilansir dari ekonosia.com pada Sabtu (12/07/2025).

Ikuti kami di Google News

Tinggalkan komentar

Related Post