TeraNews Bisnis – Kehebohan melanda jagat maya beberapa waktu lalu. Pencarian konversi mata uang dolar AS ke rupiah di Google tiba-tiba menampilkan angka fantastis: Rp8.170,65 per 1 dolar AS. Angka ini jauh berbeda dengan kurs resmi Bank Indonesia (BI) yang saat itu berada di kisaran Rp16.340,30 per 1 dolar AS (jual) dan Rp16.177,70 (beli). Google sendiri telah mengakui kesalahan tersebut, menyebutnya sebagai data yang salah dari pihak ketiga dan telah diperbaiki. Namun, pertanyaan tetap muncul: apa jadinya jika rupiah benar-benar menguat sedrastis itu?
Terlepas dari kesalahan data Google, skenario rupiah menguat hingga Rp8.170 per dolar AS menyimpan potensi dampak positif dan negatif yang signifikan.

Dampak Positif yang Menggoda:
-
Beban Utang Melayang: Penguatan rupiah yang signifikan akan secara drastis mengurangi beban utang luar negeri pemerintah dan swasta. Utang dalam mata uang asing akan menjadi lebih ringan saat dikonversi ke rupiah, membebaskan dana yang dapat dialokasikan untuk pembangunan atau mengurangi defisit anggaran.
-
Barang Impor Lebih Terjangkau: Harga barang impor akan merosot tajam, menekan biaya produksi bagi industri yang bergantung pada bahan baku impor. Konsumen pun akan menikmati harga barang-barang seperti elektronik, otomotif, hingga bahan makanan impor yang lebih murah.
-
Inflasi Terkendali: Turunnya harga barang impor berpotensi menekan inflasi. Dengan inflasi yang terkendali, daya beli masyarakat meningkat, dan BI mungkin tak perlu menaikkan suku bunga acuan, mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, Bayang-Bayang Negatif Mengintai:
(Lanjutan dampak negatif akan dijelaskan di halaman berikutnya)
Tinggalkan komentar