Ekonesia – Rupiah kembali dibuat tak berdaya oleh dominasi dolar AS. Analis keuangan mengungkapkan, mata uang Garuda tertekan akibat pernyataan "hawkish" atau cenderung memperketat kebijakan moneter dari sejumlah pejabat tinggi The Fed.
Pernyataan pejabat The Fed, Jeff Schmid dan Nel Kashkari, mengirimkan sinyal kuat bahwa bank sentral AS tersebut masih akan terus berupaya menekan inflasi, yang ternyata masih membandel. Hal ini membuat dolar AS semakin perkasa di pasar global.

Meskipun harapan akan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir Oktober masih tinggi, pernyataan-pernyataan bernada "hawkish" ini terus mengikis harapan tersebut. Investor menjadi khawatir The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari perkiraan.
Dari dalam negeri, sentimen negatif juga datang dari penurunan cadangan devisa Indonesia ke level terendah sejak Juli 2024. Bank Indonesia (BI) melaporkan, cadangan devisa pada September 2025 turun menjadi 148,7 miliar dolar AS, dari 150,7 miliar dolar AS pada Agustus 2025.
Pada pembukaan perdagangan Rabu, rupiah langsung melemah 57 poin atau 0,34 persen menjadi Rp16.618 per dolar AS. Kondisi ini tentu membuat banyak pihak khawatir, terutama para pelaku usaha yang bergantung pada impor. Akankah rupiah mampu bangkit kembali? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.
Tinggalkan komentar