Ekonesia – Manchester United kembali menjadi sorotan tajam usai dibantai Manchester City dengan skor telak 0-3. Kekalahan memalukan ini bukan hanya sekadar hasil minor di lapangan, melainkan juga menempatkan sang manajer, Ruben Amorim, dalam pusaran tekanan yang semakin hebat. Di hadapan para petinggi klub, termasuk Sir Jim Ratcliffe, Amorim harus mengakui bahwa timnya kembali menunjukkan kerapuhan, terutama di lini pertahanan.
Mantan bek legendaris MU, Gary Neville, yang kini menjadi pengamat sepak bola, menilai situasi yang dihadapi Amorim sangat genting. Neville mengungkapkan bahwa dirinya sudah sering menyaksikan skenario serupa menimpa para pendahulu Amorim di kursi panas Old Trafford. Posisi MU yang terpuruk di peringkat 14 setelah melakoni empat pertandingan, menurut Neville, adalah sinyal bahaya yang sangat serius, apalagi klub telah menggelontorkan dana fantastis mencapai lebih dari Rp 4,4 triliun untuk memperkuat skuad.

Neville memperingatkan bahwa jika serangkaian kekalahan terus berlanjut hingga bulan Oktober, Amorim bisa menghadapi konsekuensi yang sangat berat, bahkan kehilangan jabatannya sebagai manajer. Ia juga menekankan bahwa Amorim tidak punya banyak waktu lagi untuk terus bereksperimen mencari formula yang tepat. Sang pelatih harus segera memastikan filosofi sepak bolanya dapat dipahami dan diimplementasikan dengan baik oleh para pemain.
Setelah pertandingan, Amorim bersikukuh bahwa dirinya tidak akan mengubah filosofi maupun sistem permainan, meskipun berada di bawah tekanan besar. Ia bahkan menyatakan bahwa jika pemilik klub menginginkan perubahan, keputusan sepenuhnya berada di tangan mereka. Pernyataan ini justru memicu perdebatan yang semakin panas.
Danny Simpson, mantan pemain MU lainnya, berpendapat bahwa masalah utama bukan hanya terletak pada pelatih, tetapi juga pada beberapa pemain yang dinilai kesulitan beradaptasi dengan kerasnya persaingan di Premier League. Simpson menyoroti nama-nama seperti Patrick Dorgu, Noussair Mazraoui, dan Diogo Dalot, yang dianggap kurang memberikan kontribusi signifikan di sektor sayap, sehingga membuat penyerang anyar, Benjamin Sesko, minim mendapatkan suplai bola.
Roy Keane juga tak ketinggalan melontarkan kritik pedas. Ia menilai bahwa skuad MU saat ini sangat lemah dalam bertahan dan tidak menunjukkan kualitas yang seharusnya dimiliki oleh tim besar. Keane menyoroti fakta bahwa dari empat gol yang dicetak MU musim ini, dua di antaranya berasal dari titik penalti. Menurutnya, hal ini mengindikasikan bahwa tim masih kesulitan mencetak gol dari permainan terbuka.
Kekalahan dari Manchester City semakin memperpanjang catatan buruk Ruben Amorim. Dari 31 pertandingan Premier League yang telah dipimpinnya, MU hanya mampu meraih delapan kemenangan. Lebih ironis lagi, tiga dari tim yang berhasil dikalahkan kini sudah terdegradasi ke Championship. Statistik ini membuat tingkat kemenangan Amorim hanya mencapai 36,17 persen, yang merupakan catatan terburuk bagi manajer permanen MU sejak era pasca-Perang Dunia Kedua.
Di tribun penonton, Sir Jim Ratcliffe terlihat menutup wajahnya saat MU semakin tertinggal. Pemandangan ini menggambarkan betapa gentingnya situasi yang sedang dihadapi klub. Dengan jadwal berat melawan Chelsea di pekan depan, tekanan terhadap Amorim semakin memuncak, dan masa depannya di Old Trafford akan ditentukan dalam waktu yang sangat dekat.
Tinggalkan komentar