Ekonesia – Kabar mengejutkan dari pasar modal Indonesia! Euforia sesaat melanda saham-saham rokok setelah pengumuman reshuffle kabinet. Investor bereaksi positif terhadap pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa.
Sesaat setelah pengumuman, saham HM Sampoerna (HMSP) melonjak tajam 17,76% menyentuh harga Rp 630 per lembar. Gudang Garam (GGRM) juga tak ketinggalan, naik 12,5% ke level Rp 9.900. Bahkan, saham emiten rokok lainnya seperti Wismilak Inti Makmur (WIIM) dan Indonesian Tobacco (ITIC) ikut merasakan dampak positifnya.

Namun, kebahagiaan itu ternyata tak berlangsung lama. Pagi ini, pukul 09.50 WIB, pergerakan saham-saham rokok berbalik arah. WIIM memimpin penurunan dengan -11,35%, diikuti GGRM -10,61%, HMSP -9,52%, dan ITIC -5,6%.
Analis pasar menduga, kenaikan kemarin dipicu harapan pelaku pasar terhadap perubahan kebijakan cukai rokok di bawah kepemimpinan menteri keuangan yang baru. Selama ini, Sri Mulyani dikenal dengan kebijakan kenaikan cukai rokok yang dianggap memberatkan industri.
Lantas, bagaimana prospek cukai rokok tahun depan? Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyatakan bahwa keputusan terkait tarif cukai masih menunggu penetapan target penerimaan negara dalam APBN 2026. Pemerintah akan mempertimbangkan aspek kesehatan masyarakat, keberlangsungan industri, dan penerimaan negara sebelum mengambil keputusan final.
Dalam RAPBN 2026, pemerintah menargetkan penerimaan bea dan cukai sebesar Rp 334,30 triliun, naik 7,7% dari tahun sebelumnya. Target ini akan dipenuhi melalui intensifikasi pengawasan rokok ilegal dan perluasan basis penerimaan, termasuk potensi pengenaan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK). Pemerintah juga akan terus berupaya menekan peredaran rokok ilegal yang merugikan penerimaan negara.
Tinggalkan komentar