Ekonesia Ekonomi – Kebijakan insentif pemerintah untuk kendaraan listrik (EV) terbukti ampuh mendongkrak minat beli masyarakat. Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, menegaskan bahwa insentif sangat berpengaruh pada peningkatan penjualan mobil dan motor listrik.
Yannes menjelaskan, data penjualan kendaraan Battery Electric Vehicle (BEV) pada Januari-April 2025 mencapai 23 ribu unit. Jika tren ini berlanjut, penjualan tahunan bisa mencapai 63 ribu unit. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan, mencapai 4,98% dari total penjualan mobil nasional pada 2024.

Data dari Gaikindo menunjukkan tren positif. Penjualan kendaraan listrik dari Januari hingga Juli 2025 mencapai 42.178 unit, hampir menyamai total penjualan sepanjang 2024 yang sebanyak 43.188 unit. Kenaikan ini tak lepas dari peran pemerintah melalui subsidi dan insentif pajak.
Namun, kelanjutan insentif untuk mobil listrik Completely Built Up (CBU/impor) setelah Desember 2025 masih belum jelas. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) belum memutuskan apakah akan memperpanjang kebijakan tersebut.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (Imatap) Kemenperin, Mahardi Tunggul Wicaksono, menyatakan belum ada pertemuan dengan kementerian/lembaga terkait keberlanjutan insentif ini. Jika insentif dihentikan, iklim otomotif di segmen kendaraan listrik akan berubah.
Saat ini, enam perusahaan otomotif menerima insentif pemerintah dengan total rencana investasi Rp15,52 triliun dan kapasitas produksi 305 ribu unit. Program ini bertujuan menarik investasi dan meningkatkan produksi kendaraan listrik di dalam negeri.
Populasi kendaraan listrik di Indonesia terus meningkat. Hingga kini, tercatat 274.802 unit. Pada 2024, populasi kendaraan listrik mencapai 207 ribu unit, naik 78% dari 2023 yang berjumlah 116 ribu unit. Program percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik menjadi kunci pertumbuhan ini.
Tinggalkan komentar