Ekonesia Ekonomi – Anggota Komisi VII DPR RI, Cek Endra, memberikan penilaian terhadap asumsi dasar sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) dalam RAPBN 2026. Ia menilai bahwa patokan Indonesian Crude Price (ICP) sebesar 70 dolar AS per barel dan target lifting minyak dan gas bumi sebesar 1,59 juta BOEPD sudah tepat dan realistis.
Cek Endra menekankan bahwa pemerintah menunjukkan kehati-hatian dalam merespons dinamika pasar minyak global yang fluktuatif. Namun, ia juga mengapresiasi langkah pemerintah yang tetap menyiapkan ruang untuk agenda transisi energi nasional agar dapat berjalan lebih cepat dan terarah.

Menurutnya, alokasi pagu anggaran ESDM tahun 2026 sebesar Rp21,67 triliun untuk pembangunan infrastruktur strategis seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH), program listrik desa (lisdes), pipa gas Cisem-Dusem, serta penambahan jaringan gas (jargas) rumah tangga adalah langkah yang tepat.
"Ini menunjukkan keberpihakan pemerintah pada ketahanan energi dan pengembangan energi terbarukan. Infrastruktur ini bukan hanya soal pasokan, tapi juga soal arah transisi energi yang lebih terukur," ujarnya.
Lebih lanjut, Cek Endra menyoroti pentingnya keberlanjutan subsidi energi sebagai instrumen untuk melindungi masyarakat kecil. Ia menilai kebijakan subsidi solar Rp1.000 per liter, minyak tanah, serta transformasi subsidi LPG 3 kg berbasis data penerima manfaat (DTSEN) sebagai langkah reformasi yang positif.
"Transformasi subsidi LPG berbasis data adalah bentuk keadilan energi. APBN akan lebih efisien, sementara perlindungan masyarakat tetap terjaga," jelasnya.
Cek Endra menegaskan bahwa DPR akan terus mengawal kebijakan ini agar dijalankan secara konsisten dan transparan. "Komisi VII mendukung penuh kebijakan ESDM dalam RAPBN 2026, dengan catatan pengawasan dan implementasi di lapangan harus benar-benar disiplin," pungkasnya. Laporan ekonosia.com
Tinggalkan komentar