Ekonesia Ekonomi – Pertamina berencana untuk merambah pasar internasional dengan mengekspor Sustainable Aviation Fuel (SAF), atau avtur ramah lingkungan yang diproduksi dari minyak jelantah. Langkah ini menjadikan Pertamina sebagai pionir di kawasan ASEAN dalam pengolahan limbah minyak goreng menjadi bahan bakar penerbangan berkelanjutan.
Komisaris Utama dan Independen Pertamina, Mochammad Iriawan, mengungkapkan rencana ambisius ini dalam acara Jejak Keberlanjutan Series di Kilang Cilacap, Jawa Tengah. "Kami akan komunikasikan rencana ekspor ini untuk menjajaki pasar global. Kami yakin, dengan kualitas SAF yang kami hasilkan, negara lain akan tertarik," ujarnya, Rabu.

Iwan, sapaan akrabnya, menekankan pentingnya daya saing harga avtur jelantah ini di pasar Asia Tenggara. "Tentunya harganya nanti harus bersaing dengan produk-produk yang lainnya. Yang jelas, di ASEAN ini kita yang pertama," tegasnya.
VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menambahkan bahwa produksi avtur jelantah saat ini masih terbatas di Kilang Cilacap dengan kapasitas 8.700 barel per hari. "Targetnya, selain untuk memenuhi kebutuhan maskapai Pelita Air, kami juga membidik pasar ekspor," jelas Fadjar.
Penggunaan avtur jelantah ini diprioritaskan untuk memenuhi standar bahan bakar penerbangan internasional. Pemilihan Kilang Cilacap sebagai lokasi produksi juga didasarkan pada pertimbangan logistik, karena lokasinya yang strategis dekat dengan bandara internasional seperti Soekarno-Hatta dan Ngurah Rai.
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) juga berencana memperluas produksi PertaminaSAF ke Kilang Dumai dan Kilang Balongan. Sebelumnya, Pertamina telah sukses melakukan penerbangan komersial perdana Pelita Air menggunakan PertaminaSAF rute Jakarta-Denpasar pada 20 Agustus lalu.
Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, menyebut penerbangan tersebut sebagai simbol transisi energi yang semakin nyata di Indonesia. Dengan langkah ini, Pertamina tidak hanya berkontribusi pada pengurangan emisi karbon, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru melalui pemanfaatan limbah menjadi produk bernilai tinggi. Informasi ini dilansir dari ekonosia.com pada tahun 2025.
Tinggalkan komentar