Ekonesia Ekonomi – Di balik keindahan kebun teh Indonesia, tersembunyi perjuangan petani kecil mempertahankan kedaulatan teh di tengah gempuran teh impor dan tantangan global. Mayoritas perkebunan teh dikelola rakyat, namun mereka menghadapi masalah klasik: tanaman tua, modal terbatas, dan harga jual yang dipermainkan tengkulak.
Ironisnya, produksi teh nasional terus menurun, lahan menyusut, dan ekspor terpuruk. Indonesia yang dulu berjaya dengan "Java Tea" kini tertinggal jauh dari negara produsen teh lainnya seperti China dan India. Bahkan, Vietnam berhasil menyalip Indonesia dalam hal ekspor teh.

Ekonesia Ekonomi – Konsumsi teh dunia terus meningkat, namun petani lokal justru kesulitan bersaing dengan teh impor murah yang membanjiri pasar domestik. Banyak petani yang akhirnya beralih ke komoditas lain karena teh dianggap kurang menguntungkan.
Salah satu penyebab utama masalah ini adalah lemahnya hilirisasi. Indonesia lebih banyak mengekspor teh mentah daripada produk olahan bernilai tambah. Kualitas teh ekspor pun masih kelas menengah, bukan premium yang bisa dihargai lebih tinggi.
Ekonesia Ekonomi – Kuntoro Boga Andri, Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian, memberikan solusi. Ia menekankan pentingnya strategi nasionalisme ekonomi berbasis teh dengan lima langkah mendesak:
- Memperkuat hilirisasi melalui investasi industri olahan.
- Melindungi pasar domestik dari impor murah dengan standar mutu.
- Menggelorakan kampanye "Cinta Teh Nusantara".
- Memberi dukungan teknologi dan modal bagi petani dan UMKM.
- Membangun identitas geografis (IG) untuk teh khas daerah.
Ekonesia Ekonomi – Dengan strategi ini, diharapkan teh Indonesia bisa kembali berjaya di pasar domestik dan global, serta meningkatkan kesejahteraan petani teh. Kedaulatan teh bukan hanya tentang produksi, tapi juga tentang nilai tambah, identitas, dan keberlanjutan.
Tinggalkan komentar