Ekonesia Market – Krisis yang menghantam raksasa properti Country Garden bukan hanya mengguncang pasar keuangan Tiongkok, tetapi juga mengubah drastis nasib dinasti bisnis keluarga Yang Huiyan. Dulu dikenal sebagai wanita terkaya di Asia, kini Yang Huiyan menghadapi kenyataan pahit akibat utang menggunung perusahaannya.
Yang Huiyan tercatat sebagai taipan yang mengalami kerugian terbesar sejak pandemi. Menurut laporan Business Insider, kekayaannya merosot tajam sebesar 84% atau setara dengan US$ 28,6 miliar (sekitar Rp 429 triliun) sejak Juni 2021. Data Forbes Real Time Billionaire menunjukkan kekayaan bersihnya kini hanya tersisa US$ 4,7 miliar.

Kemerosotan ini dipicu oleh gagal bayar Country Garden atas obligasi berdenominasi dolar AS, yang memicu aksi jual saham besar-besaran. Saham perusahaan yang terdaftar di Hong Kong anjlok 20,4%. Sebagian besar kekayaan Yang Huiyan terikat pada kepemilikan 52,6% saham di Country Garden.
Sebelum mewarisi tampuk kepemimpinan dari ayahnya pada 2007, Yang Huiyan menamatkan pendidikan sarjana pemasaran dan logistik di Ohio State University pada 2003.
The Wall Street Journal melaporkan Country Garden mengalami kerugian bersih 12,84 miliar yuan (sekitar Rp28,52 triliun) pada semester pertama 2024, membaik dibandingkan kerugian 48,93 miliar yuan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan perusahaan turun 55% menjadi 102,10 miliar yuan, jauh di bawah angka 401,02 miliar yuan pada 2023.
Country Garden mendapat sedikit angin segar setelah Pengadilan Tinggi Hong Kong menunda sidang likuidasi hingga 5 Januari 2026. Sidang sebelumnya dijadwalkan pada 11 Agustus 2025, seperti dilansir Reuters.
Country Garden, yang pernah menjadi pengembang properti terbesar di Tiongkok, gagal membayar utang luar negerinya pada akhir 2023. Saat ini, perusahaan tengah berupaya mendapatkan dukungan kreditur untuk proposal restrukturisasi utang senilai US$ 14,1 miliar, yang bertujuan memangkas utang hingga 78%. Informasi ini dilansir ekonosia.com dari berbagai sumber.
Tinggalkan komentar