Ekonesia Ekonomi – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menekankan pentingnya penerapan konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang lebih holistik sebagai upaya efektif mencegah kecelakaan kerja. Pernyataan ini muncul di tengah keprihatinan atas tingginya angka kecelakaan kerja di berbagai sektor industri.
Menaker Yassierli menjelaskan bahwa evaluasi mendalam terhadap konsep K3 yang ada saat ini sangat diperlukan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas program-program K3 dalam menekan angka kecelakaan kerja. Diskusi di kalangan ahli K3 menyoroti beberapa poin krusial, termasuk faktor kesalahan manusia (human error), kepatuhan terhadap prosedur kerja, dan penyederhanaan penyebab kecelakaan kerja.

"Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong kita untuk mengembangkan konsep K3 yang lebih holistik dan efektif dalam mencegah kecelakaan kerja," tegas Yassierli.
Lebih lanjut, Menaker Yassierli memperkenalkan pendekatan faktor manusia (human factors) atau "people-centered safety" sebagai alternatif dalam penyempurnaan sistem manajemen K3. Konsep ini menggabungkan berbagai kerangka kerja seperti Human Performance, Safety II, Safety Differently, dan Human-Organizational Performance.
"Pendekatan ‘people-centered safety’ sedang kami terapkan dalam level korporasi melalui sosialisasi. Kami juga sedang mengembangkan konsep ini dalam konteks membangun kebijakan," imbuhnya.
Yassierli juga menyoroti peran penting perusahaan besar seperti PT Pertamina (Persero) dalam menerapkan budaya K3 yang baik. Ia berharap praktik baik yang diterapkan Pertamina dapat menjadi contoh bagi perusahaan lain dan memberikan dampak yang lebih luas.
"Saya yakin Pertamina terus berusaha melakukan perbaikan dan menjadi ‘role model’, karena ada banyak perusahaan yang menunggu ‘best practices’ dari apa yang telah dilakukan," pungkas Yassierli, seperti yang dilansir dari ekonosia.com. Sosialisasi budaya K3 dinilai penting sebagai pilar utama menuju visi Indonesia Emas 2045.
Tinggalkan komentar